Rasakan Debar Jantung Anda, Bila Tak Teratur, Melompat-lompat, Segera ke Dokter

photo author
- Kamis, 23 September 2021 | 14:42 WIB
Ilustrasi (Pixabay)
Ilustrasi (Pixabay)

Sementara itu, sekitar 50 persen berdebar bukan karena masalah jantung. Christiani dan Renaldi sepakat pencetusnya masalah psikosomatis atau psikis yang mempengaruhi tubuh seperti serangan panik. Masalah ini umum ditemukan pada orang dewasa usia produktif, terutama di masa pandemi COVID-19 saat ini.

Baca Juga: Jumhur Hidayat Dituntut Hukuman 3 Tahun Penjara, Karena Dituduh Sebarkan Kabar Bohong

“Hampir 30 persen orang dengan keluhan berdebar ternyata tidak ada masalah jantung, ternyata psikosomatis,” tutur Renaldi yang juga diamini Christiani.

Di sisi lain, konsumsi zat tertentu misalnya kafein, obat-obatan yang mengandung stimulan seperti, obat flu (memiliki suatu zat yang menstimulasi sistem saraf simpatik memicu denyut jantung cepat), rokok, konsumsi berlebihan minuman berenergi dapat menjadi pemicu berdebar.

Penyakit di luar jantung yang sistemik seperti gangguan hormon tiroid, diabetes, anemia, tumor keganasan atau kanker pun diketahui menjadi pemicu palpitasi. Pada beberapa kondisi, pasien berdebar justru tak menyadari penyakit sistemik yang dia alami.

Baca Juga: Mahasiswa UGM Teliti Potensi Alga Cokelat sebagai Antivirus dan Hambat Proses Replikasi Virus

“Ketika kelenjar gondok berlebihan menghasilkan hormon tiroid. Kadang tidak jelas misalnya karena postur tubuhnya memang kurus, susah naik berat badan, sering keringatan, enggak sadar ada masalah hormon,” kata Renaldi.

Penanganan berdebar

Menurut Christiani, diagnosis palpitasi cenderung sulit dilakukan. Ada sejumlah pemeriksaan yang perlu dokter lakukan, mulai dari wawancara untuk mendapatkan beberapa hal seperti pencetus berdebar, misalnya psikosomatis atau usai melakukan aktivitas tertentu.

Dokter juga akan mencari tahu karakteristik keluhan seperti durasi, datang perlahan atau datang dan hilang tiba-tiba, hingga potensi bahaya yang menyebabkan kematian, misalnya berkali-kali menyebabkan pasien pingsan dan mengeluh sakit dada.

Baca Juga: Komisi X DPR Minta Pemerintah Tunda Pengumuman Hasil Seleksi Tahap I PPPK, Karena Banyak Diprotes Guru

“Banyak sekali diagnosis banding, jantung atau bukan jantung. Yang ditanya akan sangat detil dan pemeriksaannya sangat sulit, tidak sederhana. Tidak hanya EKG biasa,” kata dia.

Pemeriksaan EKG berfungsi merekam irama jantung sekaligus mengetahui struktur jantung walaupun tak sesensitif USG jantung. Pada pemeriksaan ini, pasien dalam kondisi berbaring akan dipasangi kabel. Dokter lalu mengamati rekaman aktivitas jantungnya untuk bisa memprediksi ada tidaknya masalah misalnya di koroner atau katup jantung.

Saat ini, ada alat berukuran kecil dengan kabel di ujungnya yakni holter monitoring yang berfungsi memonitor irama jantung elektrokardiografi (EKG) dalam waktu 24-48 jam atau lebih. Alat ini bisa membantu memastikan adanya gangguan irama jantung yang tidak terdeteksi, orang dengan gejala seperti berdebar, sesak, nyeri dada dan pingsan, dengan pemeriksaan rekam jantung standar.

Baca Juga: Di Luar Agenda Resmi, Presiden Jokowi Naik Perahu Demi Menyapa Warga di Cilacap

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X