lifestyle

Ini pentingnya menjaga empati dan narasi pada konten isu sensitif, begini menurut sosiolog

Minggu, 9 November 2025 | 08:00 WIB
Ilustrasi - Media sosial. ( ANTARA/PIXABAY/Geralt)



HARIAN MERAPI - Masyarakat kian bebas menggunakan media sosial atau medsos.


Namun diingatkan, dalam memanfaatkan medsos, masyarakat harus bisa menjaga narasi, terutama pada konten isu sensitif.


Pengamat sosial dari Universitas Gadjah Mada (UGM) R. Derajad Sulistyo Widhyharto, S.Sos., M.Si mengingatkan pentingnya menjaga empati melalui narasi terlebih jika konten yang ingin dibagikan menyangkut isu sensitif seperti kasus kriminal atau peristiwa yang melibatkan korban jiwa.

 Baca Juga: Polsek Kartasura tangkap pelaku curanmor yang manfaatkan kunci lupa dicabut

“Dalam dunia digital saat ini, kecepatan menyebarkan informasi sering kali mengalahkan kepekaan terhadap manusia di balik peristiwa itu. Padahal, konten yang baik bukan hanya informatif, tetapi juga berperasaan. Ketika kita membahas isu-isu sensitif seperti kasus kriminal atau peristiwa yang melibatkan korban jiwa, ada tanggung jawab moral yang harus dijaga, bagaimana menyampaikan fakta tanpa melukai rasa kemanusiaan,” kata Derajad kenapa ANTARA dalam keterangan tertulisnya, Jumat.

 

Ia mengatakan pembuat konten dengan tema kriminalitas atau membahas kasus yang melibatkan nyawa seseorang, narasi yang dibentuk harus menempatkan “korban” sebagai manusia, bukan sekadar objek berita atau sumber sensasi.

 

Ia menyarankan untuk menghindari menampilkan gambar atau rekaman yang mempermalukan, memperlihatkan tubuh korban, atau mengeksploitasi kesedihan keluarga, dan fokus pada edukasi misalnya pentingnya keselamatan dan keadilan.

 Baca Juga: Warisan Ibu Shalihah: Rezeki yang Datang dari Birrul Walidain

“Berfokuslah pada pesan edukatif, misalnya tentang pentingnya keselamatan, keadilan, atau solidaritas sosial, sehingga publik mendapat pelajaran tanpa harus mengorbankan martabat seseorang,” katanya.

 

Selain itu, penting bagi pembuat konten untuk menyaring bahasa dan sudut pandang. Gunakan diksi yang empatik, tidak menghakimi, dan tidak memelintir fakta.

 

Derajad mengatakan dalam konteks kasus kriminal, pembuat konten sebaiknya mengedepankan analisis yang berimbang, seperti menyoroti akar masalah, sistem hukum, atau dampak sosialnya, dan bukan sekadar menampilkan kronologi secara sensasional.

Halaman:

Tags

Terkini