lifestyle

Mengapa orang terkena diabetes, ini akar masalahnya menurut dokter

Rabu, 13 September 2023 | 12:30 WIB
Tangkapan layar Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Andi Khomeini Takdir, dalam acara gelar wicara terkait diabetes, yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu (13/9/2023). (ANTARA/Instagram-Kemenkes)

HARIAN MERAPI - Penyakit diabetes masih menjadi momok di masyarakat. Apa sesungguhnya akar masalah diabetes ?

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Andi Khomeini Takdir memberi penjelasan secara detail mengapa seseorang terkena diabetes.


Menurut dr Andi Khomeini, akar dari penyakit diabetes adalah terjadinya resistensi insulin (hormon pengatur metabolisme karbohidrat) dalam tubuh, yang tidak sanggup lagi menahan asupan gula dalam tubuh.

Baca Juga: Dua Kelurahan di Salatiga bakal jadi Kampung Edufarm penghasil susu, semoga tidak hanya mimpi

"Akibat mengonsumsi gula, tubuh merespons setiap gula yang masuk dengan melepaskan insulin dari pankreas. Ketika gulanya lebih banyak, secara bertahap tubuh melepas insulin lebih banyak dari biasanya," katanya dalam acara gelar wicara terkait diabetes, yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Dokter Andi Khomeini yang akrab disapa Dokter Koko itu mengatakan banyaknya hormon insulin yang dilepaskan menyebabkan sejumlah jaringan sel lemak yang ada pada hati, otot, dan otak secara perlahan akan resisten terhadap insulin.

Resistensi insulin, kata dia, menyebabkan tubuh tidak lagi merespons terhadap hormon insulin, yang membantu mencerna zat-zat yang terdapat pada makanan yang dikonsumsi.

Baca Juga: Prihatin akan tingginya kecelakaan di sekolah, dua siswa SMAN 3 Yogyakarta ini ciptakan game edukasi K3


"Analoginya seperti anak kecil yang biasa dimarahi, karena sudah sering, akhirnya sudah kebal. Sama halnya dengan insulin yang sering diberi gula, akhirnya sudah kebal dan tidak merespons," ujarnya.

Kemudian, kata Dokter Koko, pankreas menjadi tidak kuat dalam memproduksi insulin dalam jumlah yang banyak. Hal tersebut menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi lebih tinggi.

Hal tersebut, katanya, berakibat pada penumpukan lemak pada sejumlah tempat yang mengakibatkan overweight, obesitas, hingga komplikasi dengan penyakit lainnya.

Oleh karena itu, Dokter Koko mengajak masyarakat untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh tubuh, serta membatasi konsumsi makanan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang banyak.

Baca Juga: Masakan ayam ingkung dan mangut belut di Sego Welut miliki cita rasa lezat, juru masaknya berbagi kiat

"Kalori yang dibutuhkan oleh orang yang duduk di balik meja dengan yang bekerja di lapangan tentu berbeda kebutuhannya," ujar dia.


Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) RI Dante Saksono Harbuwono juga telah mengajak masyarakat untuk menjadi smart eater dengan cara memilah secara cerdas ragam makanan yang akan dikonsumsi guna mencegah dampak buruk obesitas.

"Yang diperlukan adalah mendidik masyarakat menjadi smart eater atau cerdas untuk makan. Jadi sebelum dia makan, sebelum beli makanan, dia baca dulu kalorinya berapa, sehingga bisa diperhitungkan dampaknya," kata Wamenkes Dante, Senin (24/7).

Ia mengatakan, indeks masa tubuh pada anak dapat dihitung dengan rumus membagi berat badan (dalam kilogram) dengan tinggi badan (dalam meter kuadrat) untuk mengetahui status gizi yang didapat.

Baca Juga: Timnas Indonesia lolos ke Piala Asia U-23, Akmal Mahali : Erick Thohir sukses bangun tradisi juara

"Kalau indeks masa tubuh dia lebih dari 25, disebut obesitas, kalau 25 sampai 30, dia obesitas 1, dan lebih dari 30 termasuk obesitas 2," katanya.


Sedangkan pada dewasa, kata Wamenkes Dante, hal terpenting adalah mengukur lingkar perut. Pada laki-laki tidak boleh lebih dari 90 sentimeter dan perempuan 80 sentimeter.*

Tags

Terkini