Mengapa Gen Z bisa kreatif dan inovatif, ini alasannya menurut psikolog

photo author
- Minggu, 13 Agustus 2023 | 11:00 WIB
Psikolog Tara de Thouars saat menghadiri konferensi pers "Peluncuran Greenfields EXTRA" di Jakarta, Sabtu (12/8/2023).  (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)
Psikolog Tara de Thouars saat menghadiri konferensi pers "Peluncuran Greenfields EXTRA" di Jakarta, Sabtu (12/8/2023). (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)


HARIAN MERAPI - Mengapa gen Z bisa kreatif dan inovatif ? Ada alasan rasional mengapa mereka bisa demikian.


Hal itu dibahas tuntas oleh psikolog lulusan Universitas Indonesia Tara de Thouars, BA, M.Psi di Jakarta, Sabtu.


Ia mengungkapkan alasan generasi Z bisa kreatif dan inovatif, antara lain karena mereka menganggap pengalaman itu penting dan segalanya.

Baca Juga: Muharram, Rp 10,95 juta dibagikan kepada kaum duafa dan anak yatim di Perumahan Domas Salatiga

"Mereka sebetulnya kreatif, inovatif, sangat ambisius, mereka open minded (berpikiran terbuka), ingin mencoba hal-hal baru yang sebetulnya tidak ada di generasi-generasi sebelumnya," kata Tara .

Kreativitas Gen Z, sambung Tara berbeda dengan generasi sebelumnya termasuk X dan Boomer yang menjadikan loyalitas dan kerja keras sebagai nilai utama.

Orang-orang yang termasuk kategori Gen Z lahir tahun 1997 sampai 2012 atau berusia sekitar 11 tahun sampai 27 tahun. Mereka terlahir dan tumbuh langsung di dunia digital atau teknologi yang memberikan banyak kemudahan, cepat, instan, sekaligus segala rintangan.

Tara merujuk pada suatu survei mengungkapkan sekitar 46 persen Gen Z memiliki pekerjaan sampingan, berpandangan perlu memiliki uang tambahan dan memiliki koneksi sebagai suatu keharusan. Sikap itu berbeda dengan generasi pendahulunya, termasuk milenial yang tidak seperti ini.

Baca Juga: PT Sekar Laut gelar kompetisi memasak di Candi Prambanan, promosi destinasi wisata, ini pesertanya

 

Kemudian, sekitar 62 persen Gen Z juga selalu tertantang hal baru dan berwirausaha. Menurut survei, bukan hanya mereka punya banyak keinginan dan kemauan tetapi, mereka juga punya perhatian pada bisnis.

"Misalnya jadi kreator konten, dan menghasilkan sesuatu dari situ. Gen Z juga sudah mulai menggaungkan work life balanced (keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan) juga penting. Tidak hanya kerja, tetapi, kehidupan personal, kesehatan mental itu penting," kata Tara menjelaskan.

Berbicara tantangan, menurut Tara, Gen Z menghadapi banyak tuntutan dari generasi sebelumnya termasuk orang tua dan bahkan diri mereka sendiri. Belum lagi, adanya kompetisi atau persaingan, hidup dengan media sosial dengan segala dampak negatifnya.

"Mereka punya tuntutan besar ke diri sendiri, kompetisi, persaingan, mereka harus tumbuh dengan media sosial dengan segala dampak negatifnya, membandingkan diri dengan yang lain, FOMO (fear of missing out, kekhawatiran ketinggalan sesuatu yang sedang tren) dan lainnya. Belum lagi kebutuhan hidup semakin tinggi," kata Tara.

Baca Juga: Catatan Akhir Pekan: Luthfi Yazid dorong advokasi dan kepemimpinan kaum muda

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X