HARIAN MERAPI - Pasien asma tidak boleh menggunakan obat golongan short-acting beta-agonists (SABA) secara berlebihan, karena dapat menimbulkan efek samping yang buruk.
Hal itu dikatakan dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Dr. H. Mohamad Yanuar Fajar, Sp.P, FISR, FAPSR, MARS, dalam acara temu media di Jakarta, Rabu (10/5/2023).
"SABA itu punya kelemahan, ya. Pertama, dia kan paling sering menggunakan salbutamol. Salbutamol itu efek sampingnya berdebar-debar. Hampir semua pasien yang menggunakan SABA berlebih itu berdebar-debar dan tangannya gemetar," ujarnya.
Baca Juga: Daftar Bacaleg ke KPUD, PKS DIY Siap Menang dan Hadirkan Wakil Rakyat Terbaik, Jadi Parpol Pertama
Lebih lanjut, Yanuar mengatakan, penggunaan SABA secara berlebihan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan asma, rawat inap karena asma, bahkan kematian.
SABA merupakan jenis obat yang mampu bekerja cepat dalam mengatasi serangan penyempitan saluran pernapasan. Contoh obat yang termasuk jenis SABA di antaranya salbutamol, fenoterol, procaterol, dan terbutaline.
SABA sering menjadi pilihan utama ketika seseorang terkena serangan asma karena sangat membantu meredakan serangan dengan cepat. Adapun contoh pengobatan SABA adalah inhaler dan nebulizer.
Baca Juga: Ribuan Nelayan Juwana Pati Demo di Kantor Bupati Keberatan PP 11 Tahun 2023, Ini Tuntutannya
Yanuar menuturkan, sekitar 90 persen pasien asma merasa lebih baik setelah menggunakan SABA. Namun, setelah beberapa hari kemudian, asma akan kembali kambuh.
Bahkan menurut laporan strategi Global Initiative for Asthma (GINA) 2019-2022 menunjukkan bahwa penggunaan inhaler pelega SABA secara rutin, walaupun hanya dalam 1-2 minggu, justru kurang efektif dan menyebabkan lebih banyak peradangan pada saluran napas.
Menurut Yanuar, hal tersebut terjadi karena SABA hanya berperan sebagai pelega, bukan antiradang.
"SABA hanya sebagai pelega dan tidak mengatasi inflamasi atau peradangan yang mendasari asma," ujar Yanuar.
Baca Juga: Pamer alat kelamin, penjaga toilet di Alkid Jogja diamankan, ini pengakuannya
Untuk itu, pengobatan asma dengan hanya menggunakan inhaler pelega SABA tidak lagi direkomendasikan.
Menurutnya, pasien asma harus mendapatkan obat pengontrol yang dapat mengatasi inflamasi atau peradangan, serta mencegah kekambuhan serangan asma.