Ini dampak buruk air hujan yang mengadung mikroplastik bagi kesehatan kulit, simak penjelasan dokter

photo author
- Kamis, 30 Oktober 2025 | 10:00 WIB
Ilustrasi- Warga menggunakan payung dan jas hujan saat hujan lebat di pedestrian Jalan Sudirman, Jakarta, Sabtu (25/1/2025).  (ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)
Ilustrasi- Warga menggunakan payung dan jas hujan saat hujan lebat di pedestrian Jalan Sudirman, Jakarta, Sabtu (25/1/2025). (ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)



HARIAN MERAPI - Air hujan yang mengandung mikroplatik berbahaya bagi kulit. Kok bisa ?


Berikut penjelasan dokter terkait bahaya air hujan yang mengandung mikroplastik bagi kesehatan kulit.


Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) mengatakan air hujan yang mengandung mikroplastik dapat berdampak pada kesehatan kulit.

Baca Juga: Langgar Izin Tinggal, Imigrasi Yogyakarta Tangkap Enam Warga Negara Tiongkok

“Kita perlu mulai melihat isu mikroplastik bukan hanya sebagai masalah lingkungan, tetapi juga masalah kesehatan publik, termasuk bagi organ kulit yang menjadi garda terdepan perlindungan tubuh kita,” kata Anggota Perdoski dr. Arini Astasari Widodo, SM, Sp.DVE, FINSDV saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Arini menjelaskan bahwa secara umum kulit yang sehat memiliki pelindung berupa stratum corneum yang cukup efektif menahan partikel besar seperti mikroplastik.

Namun, pada kondisi tertentu misalnya pada kulit yang kering, luka, terbakar matahari, atau memiliki penyakit kulit kronik seperti dermatitis atopik, lapisan pelindung kulit menjadi lebih mudah ditembus.

Ia menyampaikan bahwa sebuah studi eksperimental pada kulit hewan dan jaringan manusia, telah menunjukkan nanoplastik dengan ukuran di bawah 100 nanometer dapat menembus lapisan epidermis dan mencapai dermis superfisial, di mana partikel ini dapat berinteraksi dengan sel imun seperti makrofag dan limfosit.

Baca Juga: HAKI Komda DIY Bakal Gelar Expo Konstruksi Nasional 2025

Reaksi ini dapat menimbulkan peradangan kronik ringan yang dalam jangka panjang berpotensi mempercepat penuaan kulit atau memicu munculnya hiperpigmentasi pasca inflamasi.

Selain itu, beberapa polimer plastik dapat melepaskan reactive oxygen species (ROS) saat terkena sinar UV, sehingga memperburuk kerusakan DNA pada sel kulit.

“Jadi, meski efek langsungnya mungkin tidak segera tampak, paparan berulang dan kronik terhadap mikroplastik berpotensi menyebabkan gangguan kulit jangka panjang,” kata Arini.

Pada orang dengan komorbiditas seperti diabetes melitus, penyakit autoimun, atau gangguan imun lainnya, Arini menyebut risiko efeknya bisa lebih berat. Pada individu dengan diabetes, misalnya, fungsi sawar (lapisan terluar) kulit dan kemampuan regenerasi jaringan sudah menurun.

Bila paparan mikroplastik disertai zat toksik seperti logam berat, maka proses inflamasi kulit dapat berlanjut lebih lama dan menghambat penyembuhan luka.

Baca Juga: Irjen Pol Djuhandhani Rahardjo Jabat Kapolda Sulsel, Irjen Pol Helfi Assegaf Resmi Kapolda Lampung

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X