Kedua gangguan jiwa itu, katanya, cukup berbeda namun punya beberapa kesamaan seperti mengalami gangguan keseimbangan kimia otak, bersifat kronis artinya perjalanan penyakitnya lama, bersifat kambuhan, artinya ada saat gejala bisa berkurang tapi juga ada saatnya bisa kambuh lagi.
"Semakin cepat penderita mendapatkan pertolongan medis yang tepat maka hasil pengobatannya juga akan jauh lebih baik. Sebaliknya, semakin lambat penderita mendapat pertolongan medis maka peluang untuk pulih pun semakin berkurang," ujarnya.
Country Group Head Wellesta Indonesia Hanadi Setiarto menambahkan bahwa sangat penting meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat terkait kondisi penyakit mental yang terkadang tidak disadari.
"Kami menyadari, jika tidak diatasi dengan baik, kejadian GB dan Skizofrenia akan terus bertambah sehingga ke depannya akan menurunkan kualitas hidup, peningkatan mortalitas dini, hingga berkontribusi pada penyakit fisik seperti kardiovaskular, metabolik, dan infeksi," ujarnya.
Sebagai mitra dari pemerintah, salah satu upaya yang pihaknya sudah lakukan yakni menyebarluaskan edukasi terkait gangguan jiwa tersebut.
PT Wellesta turut bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan terkait untuk mendukung program kesehatan mental nasional.
Kerja sama ini dapat mencakup mendukung layanan kesehatan mental dasar, memberikan pelatihan kepada tenaga medis, dan berpartisipasi dalam kampanye kesehatan mental nasional.*