Begini cara mengatasi pasien deformitas tulang dan sendi, gunakan pendekatan seperti ini

photo author
- Minggu, 20 Juli 2025 | 10:30 WIB
Orthopaedic Concurrent Meeting (OCM) 2025 mengangkat topik pentingnya penanganan patah tulang yang komprehensif dalam penyelenggaraannya di Jakarta, Jumat (18/7/2025).  (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Orthopaedic Concurrent Meeting (OCM) 2025 mengangkat topik pentingnya penanganan patah tulang yang komprehensif dalam penyelenggaraannya di Jakarta, Jumat (18/7/2025). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)



HARIAN MERAPI - Mengatasi patah tulang harus melalui pendekatan komprehensif, tidak asal-asalan.


Selain itu, menghadapi tantangan deformitas tulang dan sendi harus menggunakan pendekatan kolaboratif.


Orthopaedic Concurrent Meeting (OCM) 2025 menghadirkan pendekatan kolaboratif dalam menghadapi tantangan deformitas tulang dan sendi, perawatan trauma, serta intervensi nyeri, dengan fokus pada peningkatan hasil klinis dan kualitas hidup pasien.

Baca Juga: Di Kapanewon Minggir, BULOG Kanwil Yogyakarta salurkan lebih dari 12 ribu kilogram beras

"Banyak masyarakat Indonesia yang mengalami atau mempunyai kelainan bentuk baik itu tulang maupun tulang belakang, tulang lengan atas maupun di paha dan kaki. Jadi tujuan dari acara ini adalah kita ingin menyatukan sumber daya untuk menangani masalah tersebut," kata Chairman of OCM Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Subspesialis Ortopedi Tulang Belakang dr. Andra Hendrianto, Sp.OT(K) dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.

Dalam acara bertema “Transforming Deformities: Collaborative Strategies for Better Outcomes” yang diselenggarakan di Jakarta pada 16-19 Juli 2025, Andra menjelaskan bahwa tiga asosiasi ortopedi di Indonesia bergabung dalam acara.

Ketiga asosiasi itu yakni Perhimpunan Dokter Bedah Tulang Belakang Indonesia (IOSSA), Perhimpunan Trauma Ortopedi Indonesia (IOTS) dan Perhimpunan Intervensi Nyeri Ortopedi Indonesia (IOPIS).

Acara itu dijadikan para dokter sebagai forum internasional yang mempertemukan para ahli ortopedi, bedah tulang belakang, trauma ortopedi, dan intervensi nyeri dari berbagai negara untuk berbagi pengetahuan, temuan riset, dan praktik terbaik terkini di bidangnya.

Menurutnya, OCM 2025 tidak hanya terbuka untuk spesialis dan konsultan ortopedi, namun juga menyambut hangat kehadiran mahasiswa kedokteran, dokter umum, serta residen ortopedi yang ingin memperdalam wawasan dan berdiskusi secara akademis.

Baca Juga: Begini kiat untuk menghindari cedera saat olahraga padel dan yogya, ikuti petunjuk dokter

Andra membeberkan pembicara yang hadir berasal dari 13 negara seperti Amerika Serikat, Italia, Hong Kong, Taiwan, Bangladesh, India, Singapura, Malaysia dan Thailand. Sementara jumlah peserta sudah mencapai 533 orang pada hari pertama dengan beberapa program.

Program ilmiah OCM 2025 meliputi kursus dan pelatihan teknis, lokakarya yang menyertakan kadaver untuk dipelajari, kuliah umum dari pembicara utama, diskusi panel multidisipliner dan presentasi riset ilmiah dari peserta.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI) Prof. Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, Sp.OT (K) menambahkan bahwa salah satu topik yang akan dibawakan dalam acara adalah terkait dengan kebengkokan tulang.

Ismail mengatakan sebesar 80 persen kasus yang ditemukan pada pasien yang sudah mendapatkan penanganan adalah mengalami rasa nyeri.

Penanganan pada rasa nyeri itu membutuhkan kolaborasi dari para dokter spesialis untuk dapat mengatasi masalah itu dengan lebih komprehensif.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X