Bagaimana cara mencegah tawuran di kalangan remaja, begini menurut psikolog

photo author
- Minggu, 20 Juli 2025 | 06:30 WIB
Arsip Foto - Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly saat konferensi pers terkait penangkapan puluhan remaja yang hendak tawuran, di Mapolsek Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (17/7/2025).  (ANTARA/Siti Nurhaliza)
Arsip Foto - Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly saat konferensi pers terkait penangkapan puluhan remaja yang hendak tawuran, di Mapolsek Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (17/7/2025). (ANTARA/Siti Nurhaliza)



HARIAN MERAPI - Hingga saat ini masih sering kita dengan aksi tawuran yang melibatkan pelajar atau remaja.


Bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi tawuran ? Psikolog memberi tips mencegah tawuran di kalangan remaja.


Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra, S.Psi., M.Si., Ph.D., menekankan pentingnya melatih empati dan melibatkan anak-anak dalam aktivitas sosial sebagai salah satu solusi pencegahan dari aksi kekerasan seperti tawuran.

Baca Juga: Wayang Topeng warisan budaya tak benda dari Gunungkidul, mengandung tatanan ajaran hidup

Menurut dia, anak dan remaja membutuhkan ruang yang aman dan suportif untuk menyalurkan tekanan emosional yang mereka rasakan, terutama pada masa transisi seperti awal tahun ajaran baru.

“Empati itu bisa dilatih. Anak perlu diberi ruang untuk mengalami dan melihat langsung berbagai situasi kehidupan sosial, misalnya lewat kegiatan kemanusiaan, gotong royong, atau membantu teman yang kesulitan,” kata Novi ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta, Jumat.

Novi menyampaikan, salah satu cara yang dinilai paling berdampak adalah memberi kesempatan kepada anak untuk terlibat dalam kegiatan sosial yang membangun rasa peduli terhadap sesama.

Selain itu, lingkungan yang menerima kondisi anak apa adanya juga turut memainkan peran penting.

Baca Juga: Ramalan zodiak Gemini berlaku sepekan mulai Minggu 20 Juli 2025, dibuka dengan inspirasi dan diakhiri dengan kejelasan

Ia menyebut, pendekatan ini dapat merangsang kerja bagian otak yang berperan dalam pengambilan keputusan (prefrontal cortex), sehingga anak mampu merespons situasi emosional dengan lebih bijak.

Dengan demikian, anak punya tempat menyalurkan energinya dengan cara yang sehat, serta kecenderungan untuk melampiaskan emosi lewat kekerasan akan jauh berkurang.

"Itu semua akan melatih otak nalarnya agar bekerja lebih baik, sehingga dia akan membuat keputusan lebih baik saat mendapat peristiwa yang memancing emosi," ujarnya.

Lebih lanjut Novi mengatakan, pendekatan korektif seperti ini lebih berdampak jangka panjang dibanding sekadar hukuman yang bersifat memutus akses anak terhadap fasilitas seperti ponsel atau uang jajan.

Dari sisi psikologis, ia menjelaskan bahwa perilaku agresif pada remaja didorong oleh tekanan emosi tinggi yang dipicu oleh hormon stres (kortisol), yang umum terjadi di usia pubertas.

Baca Juga: Ramalan zodiak Taurus berlaku sepekan mulai Minggu 20 Juli 2025, membantu Anda menyempurnakan pesan Anda

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X