HARIAN MERAPI - Bayi bisa terkena anemia, sehingga harus mendapat perhatian khusus.
Dokter menyampaika ciri, efek dan upaya menangani anemia pada bayi.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membeberkan ciri, efek dan upaya menangani anemia defisiensi besi (ADB) pada bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
"Anemia itu kadar hemoglobinnya rendah sesuai usia maupun rasnya, dan itu terjadi karena produksi eritrosit yang berlebihan sehingga terjadi hemoglobin yang berkurang," kata Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Hematologi Onkologi IDAI Prof. Dr. dr. Harapan Parlindungan Ringoringo, Sp.A, Subsp.H.Onk(K) dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa.
Parlin menyebut penyebab anemia dapat dibagi menjadi empat. Penyebab pertama yakni persediaan zat besi dalam tubuh yang kurang akibat berat badan lahir rendah (BBLR), bayi lahir kembar, ibu hamil telah terkena ADB dan ibu mengalami pendarahan fetus.
Bayi juga dapat anemia akibat masukan zat besi yang kurang karena tidak mendapatkan makanan tambahan dan jenis makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat Fe-Heme.
Pertumbuhan bayi yang cepat dan infeksi akut berulang turut menjadi beberapa pemicu anemia pada bayi. Penyebab lainnya yakni bayi terkena enteritis atau peradangan usus, malnutrisi dan sindrom malabsorbsi.
Bayi yang mengalami ADB akan mengalami gejala klinis berupa iritabel atau merengek, lesu, dada berdebar-debar, sakit kepala sampai dengan tidak lincah saat berlari.
Tanda lainnya yaitu nafsu makan berkurang, bayi tampak pucat, lesu dan kadang-kadang menderita penyakit.
"Tandanya tentu ada pucat, tapi tidak ada pendarahan. Ini bisa kita lihat di kelopak mata bagian dalamnya, itu ada kelihatan warna putih, di selaputnya juga pucat. Yang paling jelas di telapak tangan atau kaki atau bibir," ujarnya.
Lebih lanjut salah satu gejala khas dari bayi anemia yang Parlin sebutkan dapat terlihat pada permukaan lidah yang mulus dan kuku lentik.
"Bulu mata boleh lentik ya, tapi kalau kuku tidak boleh lentik," ujar dia.