Adapun efek anemia pada bayi adalah gangguan perkembangan motorik, kemampuan koginitif yang menurun, gangguan perilaku, pendengaran, penglihatan hingga gangguan mielinisasi.
Parlin menekankan anemia tidak boleh dibiarkan karena dapat berdampak pada masyarakat. Sebab, kemampuan dan prestasi anak di masa depan dapat menurun.
Anemia juga dapat memengaruhi tingkat produktivitas dan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Oleh karenanya, IDAI sejak tahun 2011 sudah mengeluarkan rekomendasi untuk memberikan suplemen besi pada semua anak dengan prioritas usia balita 0-5 tahun, terutama usia 0-2 tahun.
Baca Juga: Terbongkar Suap Hakim Rp4 Miliar Demi Vonis Bebas Ronald Tannur, Pengacaranya Divonis 11 Tahun
Parlin melanjutkan ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah anak terkena ADB sejak dini, di antaranya memberikan ASI selama mungkin sejak bayi lahir, memberikan Pengganti ASI (PASI) yang telah diperkaya dengan Fe, memberikan makanan fortifikasi yang kaya Fe dalam bentuk makanan padat, hindari peningkatan badan yang berlebihan.
Makanan yang diberikan juga diharapkan dapat meningkatkan absorpsi Fe seperti buah-buahan, ikan dan hati hingga melakukan penyuluhan makanan banyak yang mengandung Fe.
Sementara pencegahan sekunder dapat dilakukan melibatkan skrining, diagnosis dan pengobatan ADB.
Dalam kesempatan itu, Parlin turut menyampaikan bahwa Akademi Pediatri Amerika Serikat (AAP) telah merekomendasikan skrining laboratorium universal untuk menangani ADB pada usia sekitar 1 tahun untuk anak yang sehat.*