Ini bedanya kandungan garam dalam masakan rumah tangga dan olahan, begini dampaknya bagi kesehatan

photo author
- Rabu, 11 Juni 2025 | 11:00 WIB
ilustrasi - penggunaan garam bisa bermanfaat bagi tubuh namun juga menyimpan risiko bagi tubuh jika dikonsumsi berlebihan (ANTARA/Pexel)
ilustrasi - penggunaan garam bisa bermanfaat bagi tubuh namun juga menyimpan risiko bagi tubuh jika dikonsumsi berlebihan (ANTARA/Pexel)



HARIAN MERAPI - Ada perbedaan kandungan garam dalam masakan rumah tangga dibanding masakan olahan.


Kandungan garam masakan rumah tangga lebih sedikit dibanding masakan olahan.


Konsultan Nutrisi Metabolik Anak FKUI-RSCM dr. Yoga Devaera, Sp.A (K) menyatakan bahwa kandungan garam yang ada di dalam masakan rumah tangga atau makanan sehari-hari lebih sedikit daripada makanan olahan (processed food).

Baca Juga: Ramalan zodiak Taurus besok Kamis 12 Juni 2025 soal cinta dan karir, saatnya untuk mengonsolidasikan semua hubungan yang telah Anda abaikan

"Kalau kita masak sendiri, masak sayur sop misalnya, itu kandungan garamnya jauh berbeda dibandingkan dengan yang menggunakan bumbu instan, rasanya sangat jauh berbeda," kata Yoga dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa.

Yoga menekankan setiap orang terlahir dengan insting menyukai rasa gurih karena adanya kesadaran membutuhkan natrium yang biasanya terkandung dalam makanan.

Namun dalam pemberiannya pada anak-anak, takarannya perlu diatur secara tepat. Pada makanan yang dimasak di rumah, setiap porsinya dapat ditakar sesuai kebutuhan. Hal ini berbeda dengan langsung menggunakan bumbu cepat saji ataupun makanan olahan berupa nugget atau kentang goreng yang sudah dicampur dengan bahan lainnya.

"Tingkat kegurihannya kan beda tapi kita bisa melatih anak kita supaya sukanya kentang yang goreng yang dibuat sendiri saja, tambahkan garam boleh, tapi sewajarnya," ujar dia.

Ia menyampaikan bahwa pengaturan rasa dimaksudkan agar dapat menggugah selera makan anak untuk sekadar menambah rasa saja.

Baca Juga: Klasemen Akhir Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia

Sementara terkait dengan penggunaan MSG atau Monosodium Glutamat, ia membenarkan apabila MSG mengandung garam, namun karena rasanya sudah gurih, orang tua dianjurkan untuk mengurangi tambahan garam.

Sedangkan untuk penambahan bumbu aromatik seperti daun jeruk, salam dan serai diperbolehkan.

"Di sisi lain penggunaan kaldu ini punya rasa yang juga gurih ini bisa digunakan tapi ibu-ibu jangan salah juga ada banyak di diiklankan atau dijual, ini kaldu tanpa MSG, bisa untuk bayi tapi kaldu itu kalau diperhatikan dia pasti akan menggunakan garam yang cukup banyak karena kalau enggak ada garamnya, dia enggak bisa gurih jadi lebih berbahaya sebenarnya," kata dia.

Ia menyampaikan kandungan garam dalam kaldu yang dijual secara komersil dapat lebih tinggi dan dikhawatirkan dapat memicu anak terkena hipertensi, terutama pada anak-anak yang masih mengonsumsi Makanan Pendamping ASI (MPASI).*

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X