HARIAN MERAPI - Masyarakat perlu mewaspadai sakit pencernaan yang disebut Irritable Bowel Syndrome (IBS). Apa itu ?
Meski tidak menyebabkan kerusakan permanen pada usus dan sering dianggap sepele, namun bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
Dr dr I Ketut Mariadi, Sp.PD-KGEH, FACG, FINASM, dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan gastroenterohepatologi di RS Siloam Denpasar Bali, menjelaskan bahwa IBS merupakan gangguan fungsional pada sistem pencernaan yang memengaruhi usus besar.
Baca Juga: Inilah tiga tersangka kasus perintangan penyidikan perkara korupsi pemberian fasilitas ekspor CPO
"Kondisi itu menyebabkan perubahan pola buang air besar yang tidak teratur, disertai kram perut, kembung, diare, atau konstipasi," kata Dr I Ketut Mariadi dalam siaran pers pada Senin.
IBS bersifat kronis, sehingga dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Meskipun demikian, IBS tidak menyebabkan kerusakan struktural pada usus seperti penyakit radang usus (IBD) atau penyakit celiac.
“IBS bukanlah penyakit yang mengancam nyawa, tetapi dapat sangat mengganggu kehidupan sehari-hari jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, diagnosis yang benar dan edukasi pasien sangat penting," kata dia.
"IBS termasuk dalam kategori penyakit fungsional, di mana tidak ditemukan kelainan fisik pada usus, tetapi fungsinya terganggu. Oleh karena itu, pendekatan pengobatannya lebih berfokus pada manajemen gejala dan perubahan gaya hidup,” jelas Dr I Ketut Mariadi.
Baca Juga: DKK Salatiga Kembalikan Mobil Ambulans Puskesmas Sidorejo Lor ? Dijadwalkan di Kantor Walikota
Gejala IBS bervariasi pada setiap individu, tetapi umumnya meliputi sakit atau kram perut yang mereda setelah buang air besar, perubahan frekuensi dan konsistensi tinja, perut kembung, serta produksi gas berlebih.
Gejala IBS bisa disingkat dengan ABCD, Abdominal pain (sakit perut), Bloated ( kembung), Constipation ( konstipasi), Diarrhea (diare).
Faktor pemicu
Ada beberapa faktor yang dapat memicu atau memperburuk gejala IBS, misalnyan faktor makanan. Makanan tertentu dapat menjadi pemicu utama IBS, terutama yang mengandung tinggi lemak, makanan pedas, produk susu bagi yang intoleran laktosa, serta makanan tinggi FODMAP (Fermentable Oligosaccharides, Disaccharides, Monosaccharides, and Polyols).
Zat-zat itu sulit dicerna oleh usus kecil dan dapat menyebabkan fermentasi berlebih di usus besar, yang memicu kembung, nyeri, serta perubahan pola buang air besar. Selain itu, konsumsi alkohol, kafein, dan pemanis buatan seperti sorbitol juga dapat memperburuk gejala IBS.