Kufur nikmat muncul karena kesombongan diri

photo author
- Sabtu, 18 Januari 2025 | 06:36 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si., Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY (dok. pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si., Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta, Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY (dok. pribadi)

Kedua, tidak menghargai nikmat Allah, merasa semua yang dimiliki memang sudah
semestinya. Ada orang yang berfikir bahwa rizkinya itu diperoleh karena usahanya sendiri saja, tidak ada campur tangan Allah.

Kalau sekarang hidupnya kaya dan sangat mapan karena dirinya bekerja keras. Orang-orang seperti ini biasanya lupa, bahwa jika bukan karena rahmat Allah, tidak mungkin rizki yang dinikmatinya sekarang ini dapat diperolehnya.

Jika bukan karena kasih sayang Allah, bisa jadi hidup akan terasa sulit dan hati menjadi semakin sempit, sebagaimana firman-Nya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl, 16:78).

Ketiga, menghendaki balasan duniawi semata. Bagi mereka yang hanya mengharapkan
pahala dunia, maka harta dan segala macam kemewahan dunia itu lebih penting dari apapun.

Jangankan untuk bersyukur, untuk sekadar mengingat Allah saja pasti akan sangat sulit, karena yang ada di dalam pikirannya hanyalah urusan dunia saja.

Hal ini ditrgaskan Sllah SWT dalam firman-Nya: “Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran, 3:145).

Keempat, karena kesombongan. Kesombongan adalah salah satu musuh besar setiap orang.
Orang yang sombong bagaimana mungkin dirinya bisa bersyukur. Orang yang diuji dengan
kesombongan, baginya kekayaannya itu juga diperoleh karena dirinya hebat.

Sebagaimana kesombongan Fir’aun yang merasa lebih tinggi dari Tuahn itu sendiri karena kekayaan yang dimilikinya.

Padahal kekayaannya itu sebenarnya ujian baginya; sebagaimana Firman-Nya: “Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?” (Allah berfirman): “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?” (QS. Al-An’am, 6:53).

Kelima, karena godaan syetan. Syetan itu, sampai nanti akhir kehidupan akan terus
menggoda umat manusia. Kalau kita tidak terus-menerus memperbaharuhi iman dipastikan langsung terbawa arus godaannya.

Kurang bersyukur ini juga bisa juga disebabkan oleh godaan syetan, sebagaimana firman-Nya: “Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al A’raf; 7:17).

Siapapun yang ingin nikmatnya berkah dan ditambah kenikmatan hidup oleh Allah, jangan pernah lupa untuk bersyukur. Jangan hanya sibuk memikirkan dunia saja, tapi cari sebanyak-banyaknya bekal untuk kehidupan akhirat yang lebij kekal dan abadi. InsyaAllah!.*

Penulis : Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.,
Dosen Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta,
Dewan Penasehat Paguyuban Keluarga Sakinah Teladan (KST) Provinsi DIY

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X