Baca Juga: Hutan Lereng Gunung Telomoyo di Kabupaten Semarang Dilanda Kebakaran Ini Penyebabnya
Menurut Azhar, Strategi Nasional (Stranas) Antimicrobial Resistance 2025-2029 telah mengatur bahwa kampanye penggunaan antibiotik yang bijak tidak hanya ditujukan kepada masyarakat melalui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), tetapi juga kepada tenaga medis.
“Upayanya melalui peningkatan kompetensi dokter dalam tata laksana penyakit infeksi dan kepatuhan akan standar pelayanan dan panduan praktik klinis untuk dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan,” ucapnya.
Pengawasan terhadap pemberian antibiotik perlu dilakukan melalui Rekam Medis Elektronik (RME) yang digunakan oleh tenaga medis, serta kewajiban melaporkan penggunaan antibiotik golongan cadangan (reserve antibiotics) pada pasien beserta alasannya.
“Tenaga kesehatan selain dokter, tidak diperkenankan memberikan resep, kecuali mendapatkan kewenangan tambahan dari Menteri atau peraturan perundang-undangan,” pungkas Azhar Jaya.
Baca Juga: Waspadai ISPA selama pancaroba, ini yang harus dilakukan masyarakat supaya terhindar
Dia menambahkan, merawat pasien dengan infeksi AMR sangat sulit karena beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah pilihan obat yang terbatas, lambatnya penegakan diagnosis, efek samping, penyebaran infeksi AMR yang cepat, serta mahalnya biaya.*