“Risiko seseorang terkena kanker dapat semakin besar apabila orang tersebut memiliki gaya hidup tidak sehat dan faktor genetik,” lanjut dr Randy.
Perkembangan diagnosis dan pengobatan
Perkembangan teknologi diagnosis dan pengobatan kanker GI terus berkembang pesat. Menurut dr Randy, metode GCC di MRCCC mengutamakan pelayanan yang cepat, tepat dan diagnosis seminimal invasif mungkin untuk membantu pasien sembuh lebih cepat.
Sebagai contoh, penggunaan teknologi Endoscopic Ultrasound (EUS) yang tidak hanya mempercepat proses diagnosis, tetapi juga meningkatkan akurasi pada hasil.
Pendekatan itu berfokus pada prinsip diagnosis seminimal invasif mungkin untuk mengurangi tingkat gangguan pada pasien sekaligus memperkecil risiko komplikasi.
Dalam menghadapi kompleksitas penyakit modern, strategi diagnosis yang ditekankan oleh dr Randy menawarkan harapan baru dalam upaya untuk memberikan perawatan yang lebih baik, lebih efisien, dan lebih aman bagi setiap pasien.
Jenis terapi lain yang tersedia di MRCCC adalah imunoterapi dan terapi target (targeted therapy) yang mewakili kemajuan signifikan dalam pengobatan kanker dengan menyediakan opsi yang lebih terarah dan efektif, sering kali dengan efek samping yang lebih sedikit dibandingkan metode konvensional guna meningkatkan peluang kesembuhan dan kualitas hidup.
Baca Juga: Gusti Prabu Lantik Pengurus PMI Sleman Masa Bakti 2024-2029, Ini Program Kerjanya
Peran GCC
GCC di MRCCC tidak hanya berperan sebagai pusat spesialisasi untuk diagnosis dan pengobatan kanker GI, tetapi juga sebagai pusat pelayanan holistik yang menyediakan perawatan terpadu untuk meningkatkan kesehatan pasien.
GCC di MRCCC menawarkan berbagai opsi perawatan untuk pasien kanker gastrointestinal, termasuk namun tidak terbatas pada terapi bedah, kemoterapi, radioterapi, terapi target, dan perawatan suportif.
Fasilitas lain di MRCCC adalah PET scan (Positron Emission Tomography) yang tidak banyak dimiliki oleh RS di Indonesia. PET scan merupakan teknologi pencitraan medis untuk mendeteksi dan mengevaluasi kanker dengan prosedur yang melibatkan injeksi zat radioaktif (tracer) ke dalam tubuh pasien.
Tracer itu akan menumpuk di dalam jaringan atau organ yang memiliki aktivitas metabolik yang tinggi, seperti sel-sel kanker.
Selama proses pencitraan, PET scan menghasilkan gambar 3D dari distribusi dalam tubuh, yang dapat memberikan informasi detail tentang lokasi, ukuran, dan aktivitas metabolik dari tumor atau lesi kanker. PET scan sering kali digunakan bersama dengan CT scan.