Tahukah Anda tentang bakteri pemakan daging yang kasusnya marak di Jepang, begini penjelasan guru besar kesehatan UI

photo author
- Senin, 1 Juli 2024 | 09:30 WIB
 Prof Tjandra Yoga Aditama.  (ANTARA/HO-Tjandra Yoga Aditama)
Prof Tjandra Yoga Aditama. (ANTARA/HO-Tjandra Yoga Aditama)



HARIAN MERAPI - Tahukah Anda soal penyakit infeksi bakteri pemakan daging yang kini sedang marak di Jepang ?


Kasus tersebut sedang menjadi perhatian dunia dan sedang dilakukan upaya pencegahan agar tidak menyebar ke mana-mana.


Terkait itu, pakar ilmu kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyampaikan sejumlah praktik pencegahan penyakit infeksi bakteri pemakan daging, yang kini sedang mengalami peningkatan kasus di Jepang.

Baca Juga: Ini Tiga Menteri Jokowi yang Disiapkan PDIP untuk Pilkada Jakarta 2024
​​​​​​
"Sudah banyak dibicarakan tentang Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS) atau yang secara awam disebut sebagai bakteri pemakan daging yang sedang ada peningkatan kasusnya di Jepang dan jadi berita penting di dunia," kata Tjandra di Jakarta, Minggu.

Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Kepala Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI itu mengatakan bakteri pemakan daging bisa menyebar dengan cepat dan menimbulkan kematian hanya dalam waktu 48 jam.

Ia mengatakan angka kematian dapat mencapai 30 persen, atau jauh lebih tinggi dari kematian COVID-19 yang di bawah 5 persen.

"Saat ini belum ada vaksin untuk penyakit tersebut," katanya.

Sejumlah gejala yang terjadi bermula dari keluhan demam, nyeri otot, muntah dan dapat memburuk secara cepat karena bakteri penyebabnya melepaskan racun yang menyebabkan respons peradangan luas, syok dan kerusakan berbagai organ dalam tubuh manusia.

Baca Juga: Harmony Auto Berencana Ekspansi Jaringan Dealer BYD di Indonesia

Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara menjelaskan dugaan mengapa kasus tersebut mengalami tren peningkatan kasus di Jepang.

"Selama pandemi COVID-19, maka banyak masyarakat yang relatif tidak banyak kontak dengan bakteri karena jaga jarak dan lainnya, dan menyebabkan tidak adanya ketahanan alamiah," ujarnya.

Dugaan lainnya, terjadi pelemahan sistem imun pasca-COVID-19, atau yang dikenal sebagai weakened immune systems post-COVID-19.

 Baca Juga: Barcelona Lepas Joao Felix, Joao Cancelo, dan Marcos Alonso

Dikatakan Tjandra, Pemerintah Hongkong melalui Badan Perlindungan Kesehatan (Centre for Health Protection/CHP) Kementerian Kesehatan setempat memberi seruan pada warga Hongkong yang akan bepergian untuk waspada terhadap peningkatan infeksi tersebut.

"Pemerintah Malaysia juga bergerak cepat, dan menyebutkan berkoordinasi dengan WHO untuk mendapat informasi yang lebih jelas. Malaysia memonitor secara ketat kemungkinan kasus ini di negara mereka melalui Crisis Preparedness and Response Center divisi infeksi pemerintah mereka," katanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X