Jika dokter telah mendiagnosis lupus, tes tak perlu diulang, ini sebabnya

photo author
- Selasa, 14 Mei 2024 | 12:00 WIB
 Arsip Foto - Panitia memegang pin dalam acara peringatan Hari Lupus Sedunia.  (FOTO ANTARA/Rosa Panggabean)
Arsip Foto - Panitia memegang pin dalam acara peringatan Hari Lupus Sedunia. (FOTO ANTARA/Rosa Panggabean)



HARIAN MERAPI - Ada cara untuk mendeteksi lupus, yakni melalui tes ANA.


Tes ANA dilakukan untuk mengetahui apakah ada masalah pada sistem imun tubuh.


Kalau dokter sudah menegakkan diagnosis lupus, tes ANA tak perlu diulang.

Baca Juga: JNE Raih Penghargaan The Iconomics 'Indonesia Best 50 CSR Awards 2024' Kategori Courier Service


Demikian penjelasan dokter spesialis penyakit dalam-konsultan reumatologi dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dr. RM Suryo Anggoro KW, SpPD-KR dalam seminar mengenai penyakit lupus yang diikuti via daring dari Jakarta, Senin.


Ia menyampaikan bahwa tes antinuclear antibodies atau tes ANA untuk mengetahui adanya masalah pada sistem imun tubuh tidak perlu diulang jika diagnosis lupus sudah tegak.

"Ketika diagnosis sudah tegak, tes ANA tidak perlu diulang lagi," kata dr. RM Suryo Anggoro KW, SpPD-KR .

Baca Juga: Penyemarak HUT ke-10 Jogja City Mall Tak hanya Jogja Fashion Rendezvous 2024, Berikut Daftar Agendanya

Namun demikian, menurut dia, dokter dapat meminta pasien menjalani tes anti-double-stranded DNA (anti-dsDNA) untuk mengetahui apakah penyakit sudah mencapai remisi pada individu yang telah didiagnosis mengalami lupus.

"Untuk memantau aktivitas penyakit, selain dari keluhan, selain dari pemeriksaan laboratorium sederhana, anti-dsDNA inilah yang digunakan. Dan kalau penyakitnya terkendali, bisa terlihat normal hasilnya," katanya.

Suryo menyampaikan bahwa diagnosis lupus ditegakkan berdasarkan kombinasi temuan gejala fisik spesifik, pemeriksaan laboratorium sederhana seperti pemeriksaan untuk mengecek kadar hemoglobin dan trombosit dalam darah, serta pemeriksaan laboratorium spesifik seperti tes anti-dsDNA dan tes komplemen 3 dan 4 (C3 dan C4).

Baca Juga: Polisi Usut Insiden Meledaknya Balon Udara di Ponorogo

"Kalau misalnya manifestasi lupus yang tadinya ada menjadi tidak ada, keluhan tidak ada, terus lab-nya yang tadinya hemoglobin (hb) rendah sekarang normal, trombosit yang tadinya rendah menjadi normal, dsDNA-nya tinggi menjadi turun, atau komplemen tadinya rendah menjadi normal. Dengan sistem scoring, bisa kita tentukan lupusnya sudah remisi atau belum," ia menjelaskan.

 

Menurut informasi yang disiarkan oleh Kementerian Kesehatan, lupus adalah penyakit peradangan kronis yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X