HARIAN MERAPI - Meningitis atau peradangan selaput otak masih menjadi momok bagi masyarakat.
Meningitis dapat menyerang anak-anak, sehingga harus diwaspadai.
Sayangnya, meningitis pada anak seringkali sulit didiagnosisi.
Baca Juga: Fakta Baru Kasus Pembunuhan Lelaki Penyuka Sesama Jenis di Sukabumi
Demikian disampaikan dokter ahli neurologi anak dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dalam acara temu media di Jakarta, Rabu.
Ia menyampaikan bahwa meningitis atau peradangan selaput otak akibat penyakit meningokokus invasif pada anak seringkali sulit didiagnosis dan bisa berkembang cepat.
"Penyakit ini sering sulit didiagnosis dan bisa berkembang sangat pesat. Kalau anak-anak tidak tertolong dalam waktu 24 jam bisa meninggal," kata Dr. dr. R.A. Setyo Handryastuti, Sp.A(K).
"Masa inkubasinya sendiri butuh empat hari, kisarannya dua sampai 10 hari... gejala awalnya sangat tidak spesifik," ia menambahkan.
Baca Juga: Korban Pesanan Fiktif Takjil Masjid Zayed Solo Galang Bantuan
Handry menyampaikan, anak yang terserang meningitis biasanya merasakan sakit pada kaki, merasa dingin pada tangan dan kaki, serta mengalami perubahan warna kulit abnormal seperti menjadi pucat atau berbintik-bintik.
Namun, ia menjelaskan, penyakit meningokokus invasif yang berkembang pesat biasanya gejalanya tidak spesifik tetapi menyebabkan konsekuensi yang parah dan mengancam jiwa dalam waktu 15 sampai 24 jam.
Menurut dia, gejala non-spesifik yang dapat terjadi dalam empat sampai 12 jam setelah serangan penyakit antara lain demam, gelisah, gejala gangguan gastrointestinal, dan sakit tenggorokan.
Ia melanjutkan, dalam 12 sampai 15 jam dapat terjadi ruam hemoragik, nyeri leher, meningismus, dan fotofobia serta dalam 15 sampai 24 jam pasien bisa mengalami kebingungan atau delirium, kejang, dan tidak sadarkan diri.
Baca Juga: Keterlaluan, SYL bebankan kebutuhan di luar negeri Rp800 juta ke anak buah
"Begitu masuk kumannya ke tubuh, itu timbul gejala pertama. Enggak sampai 24 jam kuman masuk melalui saluran napas atas, kemudian dia melakukan koloni. Ini ada yang patogen atau seluler yang sangat berbahaya, jadi kalau masuk ke darah dia bisa beredar ke otak jadi meningitis, kalau ke paru jadi pneumonia," ia menjelaskan.