HARIAN MERAPI - Kakek dan nenek diharapkan memahami tentang pola asuh ketik mengasuh cucunya.
Dengan mengetahui dan memahami pola asuh, diharapkan kakek nenek tidak keliru dalam menerapkan pada cucu.
Demikian diingatkan Ketua Program Studi Psikologi Terapan, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Rose Mini Agus Salim dalam diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, baru-baru ini.
Rose mengingatkan kakek dan atau nenek agar memahami jenis-jenis pola asuh ketika mengasuh cucu.
"Pola asuh kakek/nenek atau orang tua sebaiknya menyesuaikan kondisi anak, karena ada berbagai jenis pola asuh yang bisa digunakan secara bergantian," kata Rose
Rose memaparkan, ada empat jenis pola asuh yang mesti dipahami, pertama yakni pola asuh yang demokratis, di mana anak bebas berkreasi dengan batasan dan pengawasan dari orang tua.
Kedua, yakni pola asuh otoriter, di mana orang tua berperan sebagai bos yang kaku, penuh aturan, dan arahan.
Baca Juga: Sejumlah ormas sambangi Nurcholis untuk sampaikan dukungan maju Pilkada Sleman 2024
Ketiga, pola asuh uninvolved atau tidak terlibat, di mana orang tua berjarak dengan anak, tetapi tetap memperhatikan kebutuhan dasarnya.
Keempat, pola asuh permisif atau indulgent, di mana orang tua minim arahan, aturan tidak jelas, dan anak cenderung menjadi bos.
"Pola asuh tersebut bisa dipakai secara bergantian, tergantung situasi dan kondisinya. Misalnya, anak sedang mendekati bahaya, maka terapkan pola asuh otoritarian, dan ketika anak sedang membuat kerajinan tangan, maka yang cocok yakni pola asuh indulgent atau permisif, karena dia perlu berekspresi," ujar dia.
Ia juga mengingatkan agar orang tua atau kakek/nenek memperkaya informasi untuk mengetahui perkembangan terkini, dengan memanfaatkan berbagai media cetak maupun digital, dan mengikuti berbagai kegiatan.
Selain itu, menurutnya, kakek/nenek mesti memiliki batasan ketika memutuskan ikut mengasuh cucu, dan terus berkoordinasi dengan orang tua si anak, serta tetap memiliki agenda pribadi.