Ini syarat anak autisme bisa belajar di sekolah inklusif

photo author
- Jumat, 26 April 2024 | 09:30 WIB
Arsip foto - Guru memberikan materi pelajaran kepada siswa berkebutuhan khusus (ABK) dalam program sekolah inklusi di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma'arif, Keji, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (19/10/2015).  (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Arsip foto - Guru memberikan materi pelajaran kepada siswa berkebutuhan khusus (ABK) dalam program sekolah inklusi di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma'arif, Keji, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (19/10/2015). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)



HARIAN MERAPI - Anak berkebutuhan khusus (ABK), seperti autisme, tetap dapat mengenyam pendidikan.


Namun, untuk bisa belajar di sekolah inklusif, anak dengan autisme harus memenuhi sejumlah persyaratan.


Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Hardiono D. Pusponegoro, Sp.A(K), membeberkan persyarakat agar anak autisme bisa menempuh sekolah inklusif.

Baca Juga: Timnas Indonesia Lolos Semifinal Piala Asia U-23, Erick Thohir: Garuda Muda Cetak Sejarah Baru

Dalam sebuah diskusi tentang autisme di Jakarta, Kamis, Hardiono mengatakan syarat pertama yang harus diperhatikan sebelum memasukkan anak dengan autisme ke sekolah inklusif ialah intelligence quotien (IQ), tingkat kecerdasan intelektual, di atas angka 70.

“Nomor satu, IQ dia mesti cukup untuk masuk ke sekolah inklusif, IQ-nya itu perlu di atas 70,” kata Hardiono.

Apabila IQ anak dengan autisme berada di bawah angka 70, maka dia bisa disebut sebagai disabilitas intelektual, yaitu fungsi adaptif anak berkurang yang bisa menyebabkan kesulitan bertemu atau berbaur dengan banyak orang. Kondisi tersebut membuat anak disarankan masuk ke sekolah khusus dibandingkan sekolah inklusif supaya mendapat bimbingan dan materi belajar yang lebih tepat.

Syarat kedua yang dia sebutkan yakni anak dengan autisme mempunyai perilaku baik sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Misalnya, anak tidak berperilaku kasar dan memiliki kemauan belajar yang tinggi.

Baca Juga: Manchester City Tempel Arsenal, Menang Telak 4-0 Lawan Brighton

“Anak harus berperilaku bagus, bisa adaptasi dengan lingkungan. Tidak memukul, menggigit atau menusuk teman-temannya, ya. Kalau tidak, sekolah enggak ada yang mau menerima anak itu nanti,” kata Hardiono.

Anak dengan autisme diharapkan bisa berbicara dengan bahasa yang jelas meski hanya sedikit dan bisa berkomunikasi bersama teman-teman di sekolah agar pembelajaran dapat berjalan dengan lebih nyaman bagi kedua pihak.

Hardiono menekankan sekolah tidak boleh mengabaikan atau memberikan perilaku yang tidak adil terhadap murid dengan kebutuhan khusus maupun autisme. Apabila ada kekurangan, para guru dapat dengan sabar menciptakan ruang belajar yang baik untuk anak-anak.

“Masuk sekolah itu seperti anak biasa saja. Kalau dia ada yang kurang, misal kayak anak sekarang nilai matematikanya kurang, guru bisa kasih mereka bantuan les, atau mungkin anaknya tiba-tiba mau jalan-jalan, dibawa saja keluar dulu main trampolin sebentar,” kata dia.

Baca Juga: Jepang Lolos Semifinal Piala Asia U-23, Singkirkan Tuan Rumah Qatar 4-2

Sebagai bentuk pendampingan pada anak autisme maupun berkebutuhan khusus, dia tidak menyarankan sekolah untuk menggunakan konsep shadow teacher yakni seorang guru yang selalu berada di sisi anak untuk menjaganya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X