Mengapa tak boleh mengemudi kendaraan lebih dari delapan jam, begini penjelasan dokter

photo author
- Selasa, 16 April 2024 | 09:30 WIB
Pemudik sepeda motor beristirahat di bahu jalan raya pantura, Indramayu, Jawa Barat, Minggu (7/4/2024).  (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)
Pemudik sepeda motor beristirahat di bahu jalan raya pantura, Indramayu, Jawa Barat, Minggu (7/4/2024). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)



HARIAN MERAPI - Ini penting bagi para pemudik untuk menjaga kesehatan selama dalam perjalanan, terutama mereka yang menggunakan kendaraan pribadi, baik roda empat maupun roda doa.


Dokter mengingatkan agar tidak mengemudi kendaraan lebih dari delapan jam. Mengapa ?

Dokter gizi klinik dr. Raissa Edwina Djuanda, M.Gizi, Sp. G. K-AIFO menjelaskan mengapa tak boleh mengemudi lebih dari delapan jam.

Baca Juga: Timnas Indonesia Dikalahkan Qatar, STY Kecewa dengan Kepemimpinan Wasit

"Idealnya Anda berbagi tugas dalam mengemudi. Tentukan lokasi perhentian yang nyaman untuk istirahat," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Senin.


Ia mengingatkan mengemudikan kendaraan terutama di tengah kondisi lalu lintas yang padat pada libur Lebaran saat ini tak boleh lebih dari delapan jam.

Raissa yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) cabang DKI Jakarta itu kemudian menyarankan pengemudi melakukan peregangan ringan setiap dua jam sekali.

Baca Juga: Syawalan Keluarga Besar SMA Negeri 1 Sedayu Diwarnai Perpisahan dengan Guru Tamu Asal Amerika Serikat

Peregangan, imbuh dia bisa dilakukan selama 10-15 menit untuk mencegah kelelahan otot.

Kemudian, setiap empat jam sekali, pengemudi dapat beristirahat terlebih dahulu, semisal di tempat pemberhentian yang tersedia di jalur mudik.

"Konsumsi makan ringan dan minuman sehat, renggangkan tubuh, kunjungi toilet, serta cuci muka agar lebih segar," kata dia.

Raissa menyarankan pengemudi harus mendengarkan tubuhnya. Jika tubuh merasa lelah dan mengantuk atau tidak fokus, maka sebaiknya segera istirahat dan jangan memaksakan diri.

"Sebaiknya prioritaskan keselamatan diri dan penumpang lain," tutur dia yang berpraktik di RS Pondok Indah – Puri Indah itu.

Baca Juga: Balik Kerja Bareng BPKH Ringankan Warga Yogya Kembali ke Perantauan

Kemudian, terkait minuman berenergi, Raissa tak menyarankan pengemudi yang berada dalam kondisi kelelahan meminumnya. Menurut dia, minuman ini hanya memberikan efek stimulasi sementara, bukan mengatasi kelelahan.

Selain itu, imbuh dia, mengonsumsi minuman berenergi saat kelelahan merupakan hal berbahaya karena dapat menutupi rasa kantuk dan membuat seseorang kurang waspada saat mengemudi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X