HARIAN MERAPI - Cerita atau kisah horor kampung dilanda wabah penyakit 2
Katanya pengiring keranda adalah prajurit bertubuh kekar.
Siapakah mereka sebenarnya?
Agar tidak dilewati ting dan keranda orang lalu mencari tumbal dan mengucapkan doa-doa antara lain bunyinya:
“Ana pancabaya saka kulon apa tungganganmu, tungganganku lembu putih sun tak tolak cengkelak balia mangulon, pinayungan kalancaka rajeka rajek wesi karben pinanggih slamet, slamet saking kersane Allah”
Demikian juga bahaya yang dari utara, selatan dan timur. Dengan doa itu diharapkan akan selamat.
Tempat-tempat dianggap wingit diberi sesaji agar penunggunya tidak mengganggu.
Menurut sebagian penduduk terjadinya pagebluk itu juga karena ulah dari roh halus.
Terjadinya pagebluk itu berjalan satu tahun.
Seusai pagebluk penduduk kampung tinggal dua pertiganya.
Menurut mbah Mento (nama samaran) seorang paranormal dan sesepuh di kampung itu sebenarnya ting dan keranda itu ada yang membawa,
orang-orang tidak melihat, tetapi mbah Mento bisa melihat karena mempunyai indra yang keenam.
Katanya yang memikul keranda itu orang yang tubuhnya kekar, pakai iket, matanya menyeringai, ada pita yang mengikat kepalanya.