Malam itu, KRL mengalami gangguan sehingga Feni pun harus terlambat pulang.
Turun dari KRL jam sudah menunjukkan pukul 23.00.
“Teh, kita lewat jalan pintas saja, ya? Biar lebih cepat sampai. Teteh pasti capai dan ngantuk. Kalau lewat jalan biasanya tuh, jauh dan lama,” kata tukang ojek langganannya.
Feni pun setuju karena memang dia sudah capai dan mengantuk.
Perjalanan dari stasiun menuju rumahnya melalui jalan pintas memang beda.
Mereka melewati sebuah danau kecil di tepi jalan, melewati perkebunan singkong, dan melewati sebuah perumahan yang terkesan mewah, tapi sedikit remang-remang.
Saat melewati perumahan itu, hawa dingin tiba-tiba membelai tengkuk Feni.
Memasuki jalan di perumahan itu, Feni melihat seorang gadis dengan gaun panjang berwarna silver berdiri sambil melambaikan tangan.
Tak jauh dari situ, Feni melihat sekelompok pemuda dengan motor-motor mereka.
Sebagian dari mereka sedang mencoba motor mereka sambil memainkan gas sehingga suara motor yang meraung-raung memenuhi malam itu. (Seperti dikisahkan Fery Lorena Yanni di Koran Merapi) *