Dalam hati, Pak Mojo kurang menyetujui. Kata orang, di gumuk Gambar sering terdapat ular Weling. Jenis ular berbisa.
Namun, untuk tidak mengecewakan hati anak kesayangannya, Pak Mojo memberi izin.
Biasa, ketika remaja berkumpul dengan teman sebayanya. Akan terdengar celoteh dan canda- tawa, yang tiada habisnya.
Masih dengan canda- tawa, rombongan remaja itu menyusuri jalan setapak di atas punggung gumuk Gambar.
Tiba- tiba..."Aduuuh...!" Trisni berteriak dan mengaduh kesakitan.
Ternyata, kaki kiri Trisni dipatuk ular.
Ular hitam berbelang kuning tampak berlari masuk dan bersembunyi di semak- semak setelah mematuk kaki Trisni.
Seketika badan Trisni kejang- kejang. Dibantu warga setempat, remaja cantik tersebut dilarikan ke rumah sakit.
Namun demikian nyawa Trisni tidak dapat diselamatkan.
Mendengar berita tersebut Pak Mojo dan Bu Harsi bagai disambar petir di siang bolong.
Tidak mengira anak kesayangannya akan pergi meninggalkannya secepat itu.
Usai pemakaman, Pak Mojo teringat akan upacara ruwatan yang akan diselenggarakan. Pikirannya melayang jauh.
"Benarkah anakku dicaplok Sang Betara Kala yang ‘ngejawantah’ menjadi seekor ular berbisa?" ujarnya dalam hati.