Orang-orang menganggap Tari sedang melamun, namun Tari yakin dia memang tak mendengar suara kereta api itu.
Selang beberapa lama sejak kejadian itu, Tari mengetahui dari salah seorang kerabatnya bahwa hal itu mungkin terjadi karena ada yang menutup indera pendengarannya.
Tempat-tempat seperti rel kereta api dan stasiun tetaplah lokasi yang masih lekat dengan aura-aura 'mistis'.
Saat kita sedang tidak menguasai diri kita, kemungkinan ada gangguan dari hal-hal di luar logika yang mengambil alih diri kita.
Salah satunya dengan menutup indera pendengaran, penglihatan dan sebagainya.'
Sejak saat itu, Tari tidak mau bermain di rel kereta api. Ia juga berusaha menjaga diri agar tetap fokus di manapun berada.
Konon, kejadian seperti ini tidak hanya terjadi di rel kereta api, namun juga bisa terjadi di jalan raya. - Semua nama samaran - (Seperti dikisahkan Aribowo di Koran Merapi) *