KEADAAN ekonomi Mbok Ninuk sebenarnya sudah lumayan bagus dibanding masyarakat pada umumnya. Ia membuka warung makan di rumah, sementara suaminya bertani. Keuntungan warung lebih dari cukup untuk makan sehari-hari, sedangkan hasil pertaniannya juga ccukup melimpah.
Meski demikian, Mbok Ninuk tetap merasa belum cukup dengan apa yang didapatnya selama ini. Ia selalu iri setiap kali ada tetangga yang membeli barang baru. Apalagi jika terlihat tetangganya lebih kaya dari dirinya. Padahal rumahnya sudah tidak ada kekurangannya lagi. Ia juga memiliki empat petak tanah di tempat berbeda.
Dalam benak Mbok Ninuk hanya selalu berpikir, bagaimana bisa meraup kekayaan sebanyak-banyaknya. Kebetulan, ia punya teman Jeng Ratih yang memiliki kekayaan lebih banyak. Suatu hari, Mbok Ninuk minta saran bagaimana caranya agar dirinya bisa kaya raya seperti Jeng Ratih.
Pada waktu yang sudah disepakati, diajaklah Mbok Ninuk ke Gunung Sawit untuk menemui seorang juru kunci. Di tempat tersebut, sang juru kunci menyanggupi membuat Mbok Ninuk menjadi kaya raya, tapi dengan syarat harus menjadi budak musang Putih. Mbok Ninuk harus melayani musang Putih itu di kamar khusus setiap malam Jumat Kliwon. Meski sudah dijelaskan risikonya sangat berat, namun Mbok Ninuk tetap menyanggupi.
Dalam waktu singkat, akhirnya kekayaan Mbok Ninuk meningkat dengan pesat. Hal ini membuat para tetangga keheranan. Apalagi setiap malam Jumat Kliwon, ada tamu pria tampan ke rumah Mbok Ninuk. Begitu pula dengan suaminya, yang menaruh curiga karena setiap malam Jumat Kliwon istrinya tak mau diganggu saat tidur di kamar khusus.
Karena penasaran, suami Mbok Ninuk ingin menyelidiki dengan cara menyusup ke bawah tempat tidur kamar khusus, pas malam Jumat Kliwon. Ia juga sudah menyiapkan sebuah parang. Benar saja, tengah malam ada suara orang masuk ke kamar. Sejenak kemudian, terdengar suara istrinya berdesah sebagaimana halnya ketika tengah bercinta dengan dirinya.
Baca Juga: Tak Disangka, Daun Kluwih Ternyata Bisa untuk Mencegah Stroke
Dengan membabi buta suami Mbok Ninuk bangkit dan menyabetkan parangnya. Tapi ternyata parangnya mengenai seekor "musang Putih" yang tengah menindih istrinya. Si "musang Putih" pun meloncat keluar dari jendela dan menghilang.
Beberapa hari setelah kejadian itu, Mbok Ninuk sakit dan akhirnya meninggal dunia dengan mengenaskan. Begitu pula dengan harta kekayaan yang ditinggalkannya, dengan cepat habis untuk berfoya-foya anak-anaknya. (Seperti diceritakan Drs Subagya, semua nama samaran)