Instingnya mengatakan, binatang ini pasti membutuhkan pertolongan. Spontan Yu Rame mengambil ember plastik bundar.
Dan diisi air setengahnya. Dengan penuh kasih sayang sidat itu dibopong lalu dimasukkan ke dalam ember berisi air.
Sidat tampak tenang dan tidak menggelenjot- gelenjot lagi.
“Sidat ini harus secepatnya aku kembalikan ke sungai,” pikirnya.
Di dalam rumah tidak ada siapa-siapa. Kang Tugur masih rewang di rumah Mbakyunya.
Tanpa berpikir panjang dia melangkah menuju kandang becak di belakang rumahnya.
Becak yang biasa dikendarai suaminya dia keluarkan. Ember berisi air dan sidat mengkilat itu dia angkat dan letakkan di jok depan.
Tanpa ragu dan tidak merasa malu Yu Rame yang tubuhnya pengkuh itu mengemudikan becak milik suaminya.
Yang dituju, Kali Gantang. Berjarak sekitar dua kilometer dari rumahnya.
Sesampai di tepi kali, sidat berwarna keperakan itu dia bopong dan pelan-pelan diturunkan ke air.
Sepertinya kegirangan, binatang sepanjang satu meter lebih itu berenang melenggang- lenggokkan badannya di dalam air.
Bersamaan dengan itu lamat- lamat telinga Yu Rame mendengar suara: “Maturnuwun Yuuu….”
Tiga bulan sesudah itu Yu Rame merasa ada perubahan pada tubuhnya.