Di Dusun Krandegan yang berjarak sekitar 15 kilometer dari kawah Gunung Sumbing ini. juga ada padepokan seni “Cahya Budaya Sumbing” yang berdiri 23 tahun yang lalu. Menurut tokoh seniman Sarwo Edi, kesenian rakyat di sini masih lestari bahkan berkembang.
KESENIAN klasik yang masih lestari di sini adalah ‘Sandhul Sunthi’. Kesenian ini pemainnya para generasi tua dengan usia antara 45 sampai 90 tahun. “Keunikan kesenian ini, dalam pementasannya melantunkan tembang yang harus lengkap urutannya dari awal sampai akhir dan tidak boleh disingkat,” jelas Sarwo Edi. Karena inti kesenian ini berisi pitutur luhur yang sarat pendidikan budi pekerti. Kesenian lainnya adalah Ketoprak, Karawitan, Dayakan, Lengger, Topeng Ireng, Jatilan, Kuda Lumping, Beksan Wanara, Soreng, Geculan dan Warokan. Seni suara seperti Slawatan Jawa ‘Wulang Reh’, Sholawat Nurul Qulub, Ayun-ayun, Pitutur Jati dan kesenian yang bernafaskan Islami adalah Rebana, Barzanji, Singiran Ngako’ib. Jumlah seniman di dusun ini tidak kurang dari 600 orang.
Sarwo Edi, perangkat desa Sukomakmur yang juga ketua Padepokan Seni ‘Cahya Budaya Sumbing” menjelaskan, di dusun ini ada gending ladrang khas Krandegan yaitu gending-gending Jagung Kuning, Lung Kuning, Sekar Gadung, Lung Gadung, Lur Kilir Kilur Kumbang. Ada lagi gending khusus untuk ritual yaitu gending ladrang ‘Ganda Wijaya’.
Gedung olah seni "Cahya Budaya Sumbing”.
Gending ini ditabuh untuk mengawali acara Saparan. Alunan suara gending Ganda Wijaya ini konon bisa untuk memanggil roh yang bisa merasuki pada orang yang telah bersedia menjadi ‘mediator’. Setelah roh yang diundang itu ‘masuk’ ke badan orang mediator, bisa diajak wawan wicara.
Dusun Krandegan yang berjarak sekitar 35 kilometer dari ibukota kabupaten atau 25 kilometer dari kota Magelang, warganya bersatu dalam melestarikan (nguri-uri) tradisi, budaya dan seni. Semua warganya, baik generasi tua mau pun generasi muda, bersemangat untuk terus membangun desanya. Sebagai ‘Dusun Seniman’ di sini ada sebuah gedung padepokan yang dibangun dengan bantuan dana dari pemerintah pusat. Gedung ini menjadi tempat berkiprah dan berolah seni yang memadai bagi warga desa ini yang 50 persen adalah seniman. (Amat Sukandar)