MAKAM PETILASAN EYANG SEMAR DI GUNUNG TIDAR (1) - Dewa Pengasuh Kesatriya yang Menyamar Hamba

photo author
- Sabtu, 29 Juni 2019 | 20:04 WIB

-

Di tengah kehidupan masyarakat Jawa, hampir tidak ada yang tidak mengenal tokoh bernama Semar atau Sang Ismaya. Nama tokoh panakawan ini terutama dikenal dari ceritera wayang. Namun juga ada di antara orang Jawa yang mengenal tokoh ini lewat dunia mistis, jagad kebatinan. Konon, petilasannya bisa ditemukan di Gunung Tidar.

PADA zaman serba modern sekarang ini, ternyata ada generasi muda Jawa yang tidak mengenal tokoh Semar. Sosok yang dikenal sebagai "Sang Pamomong" ini ada dalam ceritera wayang, dan tokoh ini adalah asli dari Indonesia. Semar tidak ditemukan dalam ceritera asal Mahabharata atau Ramayana di India. Bahkan tokoh ini dipercaya sebagai "nenek moyang" raja-raja Jawa, dan menjadi pamomong ‘danyang’ Pulau Jawa.

Ada berbagai versi ceritera tentang asal-usul Semar yang dipercaya sebagai penjelmaan dewa yang turun ke dunia dan hidup menyatu dengan manusia biasa. Dia mempunyai tugas luhur untuk mengasuh pihak-pihak yang berbudi pekerti dan menjunjung tinggi kebenaran. Sehingga Semar juga disebut sebagai ‘dewa pamonging satriya, sinamar dadi kawula’ (dewa pengasuh kesatriya yang menyamar sebagai hamba).

Seperti dikisahkan dalam kitab-kitab Manikmaya, Kandha dan Paramayoga, Semar berasal dari ‘alam kadewatan’ (jagad dewa). Dalam kitab tersebut diceriterakan, putera Sang Hyang Wenang yang bernama Sang Hyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati. Sepasang suami-isteri tersebut melahirkan putera berupa sebuah telur ajaib, yang melesat ke hadapan kakeknya, Sang Hyang Wenang. Oleh sang kakek telur ajaib tersebut disabda-cipta menjadi tiga dzat hidup yang bersifat ‘dewa’.
Bagian kulitnya yang keras menjadi Sang Tejamantri, bagian putih telur menjadi Sang Ismaya, dan bagian kuning telurnya menjadi Sang Manikmaya.

Dalam sayembara memakan gunung, Sang Tejamantri dan Sang Ismaya kalah melawan Sang Manikmaya. Sehingga mereka berdua harus turun ke Arcapada untuk menjadi pengasuh manusia-manusia keturunan Sang Manikmaya. Di Arcapada, Sang Tejamantri beralih rupa dan nama menjadi Togog yang mengasuh manusia-manusia merah yang bersifat serakah. Sedangkan Sang Ismaya beralih rupa dan nama menjadi Semar yang menjadi pamomong kesatriya-kesatriya berdarah biru yang bergelimang wahyu. Togog dikisahkan selalu gagal membujuk majikannya untuk bersikap dan berbuat baik dan benar. Semar berhasil membimbing asuhannya ke arah perbuatan benar dan luhur. (Amat Sukandar)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X