Gua Gong merupakan salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Selain itu ada berbagai tempat atau tujuan wisata lain di Kabupaten Pacitan yang menjadi andalan daerah ini seperti Gua Tabuhan, Gua Putri, Pantai Klayar, Pantai Teleng Ria, Pantai Watu Karung, dan Pemandian Air Hangat Pringkuku. Dari sekian tempat wisata tersebut Gua Gong dapat dikatakan masih menjadi mascot bagi Kabupaten Pacitan. Selain gua ini memiliki stalaktit dan stalakmit yang menakjubkan bentuknya, gua ini juga memiliki beberapa sendang di dasar guanya. Di balik keindahannya, Gua Gong ternyata menyimpan cerita panjang dan menyerakan
.
GUA Gong disebut-sebut sebagai gua dengan stalaktit dan stalakmit terindah di Asia Tenggara. Lepas dari itu semua proses penemuan Gua Gong juga sangat menarik untuk disimak. Diceritakan bahwa pada hari Minggu Pon tanggal 5 Maret 1995 seorang yang bernama Wakino yang kala itu berusia 30 tahun dan yang kemudian menuliskan kisah Gua Gong berbincang dengan ayahnya yang bernama Suramin (kala itu berusia 54 tahun). Dalam perbincangan itu Suramin menyatakan bahwa kakek Wakino yang bernama Noyo Semito (ayah Suramin) berniat mencari sumber air karena dusunnya yang bernama Dusun Pule, Kelurahan Bomo, Kecamatan Punung dilanda kemarau panjang. Untuk usaha itu Suramin mengajak Mbah Joyo (60) untuk mencari sumber air. Keduanya pun bertekad ingin memasuki gua yang keletakannya berada sekitar 400 meter dari dusun mereka. Perihal gua tersebut sesungguhnya telah diketahui oleh warga Pule, namun tidak ada satu pun yang berani mendekati lebih-lebih memasukinya di kala itu.
Namun dengan menebalkan tekad mereka pun membuat obor dari blarak atau daun kelapa kering yang diikat. Berbekal beberapa ikat blarak yang dinyalakan satu per satu di dalam gua mereka mencoba menelusuri gua yang sebenarnya dikenal angker tersebut. Dengan hati berdebaran mereka terus menyusuri gua dan akhirnya menemukan sendang di dasar gua. Di sendang itu pula mereka sempat mandi karena merasa sangat kegerahan dan merasa bersuka cita karena mendapatkan air jernih berlimpah. Penyusuran gua yang dilakukan oleh Noyo Semito dan Joyo menghabiskan obor blarak sebanyak tujuh ikat.
Pengalaman mereka berdua itu akhirnya diceritakan kepada sanak family dan tetangga mereka. Akan tetapi tidak ada satu orang pun yang berani mengikuti jejak mereka. Ketidakberanian mereka itu karena mereka masih percaya bahwa gua tersebut memang angker. Selain itu mereka takut untuk menyusuri lekuk-liku gua yang tidak mereka kenali dan kemungkinan besar akan menimbulkan bahaya.
Cerita Suramin kepada putranya yang bernama Wakino tersebut justru menggugah Wakino untuk mengulangi pengalaman yang pernah dilakukan oleh Noyo Semito yang merupakan kakek Wakino. Niatan Wakino ini mendapat dukungan sepenuhnya dari ayahnya (Suramin). Selain itu niat ini juga didukung oleh sanak family dan warga Pule yang lain. Namun di balik semua itu ada juga yang tidak mendukung atau menyatakan agar niatan itu diurungkan karena kemungkinan justru akan menimbulkan bahaya bagi yang akan melakukannya. Ada pula yang menyarankan untuk mencari hari baik dulu. Akan tetapi Wakino justru bertekad untuk segera melaksanakan niatan menyusuri gua tersebut. (Albes Sartono)