KISAH PERJALANAN HIDUP SUNAN GUNUNGJATI (2) - Masa Kecilnya Suka Berkelana

photo author
- Kamis, 6 Juni 2019 | 19:35 WIB

-

BAGAIMANA kegiatan Sunan Gunungjati selama di Cirebon? Ceritera yang beredar, Sunan Gunungjati adalah putra Nyai Lara atau Rara Santang dengan salah seorang penguasa Mesir bernama Maulana Sultan Mahmud. Sunan Gunungjati bernama asli Syarif Hidayatulah, sedangkan Nyai Rara Santang adik Pangeran Walangsungsang yang juga dikenal sebagai Pangeran Cakrabuana pendiri Istana Pakungwati dan mendirikan pemerintahan Cirebon.

Dalam Babad Tanah Jawi dikisahkan, Nyai Rara santang dan Pangeran Walangsungsang adalah putera-puteri Prabu Siliwangi yang memeluk agama Islam. Keduanya dikabarkan kabur dari Istana Pajajaran, dengan demikian Sunan Gunungjati masih merupakan cucu Raja Pajajaran dari garis ibu dan lahir di Mesir.

Masa kecilnya dihabiskan untuk berkelana di wilayah Timur Tengah, India dan bahkan sampai Cina. Syarif Hidayatullah belajar agama Islam di Baghdad, Irak, begitu selesai lantas berangkat menuju Mekah dari situ langsung ke Muara Jati, Cirebon. Kejadian sekitar tahun 1470, mulailah beliau sebagai pengkhotbah ajaran Islam.

Versi lain menyebutkan, Syarif Hidayatullah kembali ke Pualu Jawa melalui Gujarat dan Pasai sambil menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam. Beliau juga dikenal sebagai Sunan Gunungjati, salah satu dari Wali Sanga. Sebgai cucu Raja Pajajaran, semua kegiatan Sunan Gunungjati mendapat dukungan penuh oleh kakeknya untuk memerintah di Cirebon.

Dikisahkan juga, ternyata sebelum menuju Muara Jati Syarif Hidayatullah mendarat di Demak, yang disambut gembira oleh penguasa Demak yang baru beberapa tahun masuk Islam. Kemudian beliau juga dinikahkan dengan adik Sultan Trenggana, dan sangat mendukung raja menggunkan gelar sultan. Bersama prajurit Demak, menyerbu Panarukan.

Tahun 1552 Sunan Gunungjati masih tinggal di Banten, baru setelah berumur 60 tahun pinah ke Cirebon. Sunan Gunungjati wafat ketika berumur 80 tahun, kemudian digantikan cicitnya yang dikenal Panembahan Ratu.

Uniknya, benda-benda pusaka yang tersimpan di museum keraton Kasepuhan ataupun Kanoman banyak juga dipengaruhi budaya Cina. Misalnya, kereta Singabarong (Keraton Kasepuhan) dan kereta Paksi Naga Liman (Keraton Kanoman) kedua kereta itu bentuknya merupakan gabungan dari hewan naga, gajah dan garuda. Naga adalah budaya Cina, sedangkan gajah atau liman dan garuda adalah budaya India dan Arab. Konon kereta Paksi Naga Liman dibuat tahun 1428 M dan merupakan kereta kebesaran Sunan Gunungjati dan penerusnya yakni para sultan Kanoman. (Ki Sabdo Dadi)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X