613 TAHUN PENDARATAN CHENG HOO DI SEMARANG (3-HABIS) - Selalu Menanamkan Persaudaraan di Setiap Tempat

photo author
- Sabtu, 8 Desember 2018 | 12:07 WIB

-
ADA yang unik dalam arak-arakan Cheng Hoo. Beberapa orang berpakaian hitam-hitam. Menurut Hendarto, "Yang seragamnya hitam-hitam dan membawa kuda itu Bhe Kun. Bhe Kun arti sebetulnya perawat kuda. Sebab Bhe itu artinya kuda, dan Kun itu pasukan. Jadi pasukan perawat kuda. Jadi kalau zaman dulu, Dewa Kong Co Sam Poo itu walaupun dia laksamana, kalau berangkat perang di darat pun tetap naik kuda. Jadi Bhe Kun itu pasukannya kong co yang ngawal kuda. Sedang yang berpakaian biru-biru pembawa bendera. Ada 2. Yang satu bendera kebesaran kelenteng Tay kak Sie dan satunya bendera kebesaran kongco yang kita kirab," jelasnya. Di balik nama Cheng Ho, ternyata ada satu karakter yang sebenarnya tidak kalah penting dalam peringatan ini, yaitu Bhe Kun, pengawal kuda Cheng Ho. Para Bhe Kun ini hanya bisa ditemukan saat peringatan ini saja. Meski hanya secara simbolik mewakili karakter pengawal kuda Cheng Ho, namun kehadirannya sangat ditunggu-tunggu. Sejak memulai ekspedisi di tahun 1405 sampai meninggal dunia pada 1433, Laksamana Cheng Ho melakukan 7 ekspedisi internasional berturut-turut, mengunjungi 37 negara selama 28 tahun. Dalam ekspedisi ini, laksamana meminta negara-negara dari Asia, Timur Tengah, dan Afrika. Dalam 5 ekspedisinya ke Nusantara, Cheng Ho berhasil mengenalkan teknologi dan gaya hidup Cina kepada penduduk. Di setiap tempat yang ia kunjungi, sang laksamana juga menanamkan perasaan persaudaraan yang kuat dengan penduduknya dengan membangun masjid dan rumah doa yang menunjukkan akulturasi, memadukan budaya Islam dengan tradisi dan kepercayaan lokal dan cara hidup orang Tionghoa. Dalam salah satu pelayarannya pada abad ke-15, laksamana menginjakkan kaki di pantai utara Jawa di Pantai Simongan, Semarang. Menemukan sebuah gua kecil di lereng bukit yang berbatu, Cheng Ho memilih tempat berdoa dan kemudian membangun sebuah klenteng kecil di lokasi tersebut. Setelah tinggal sebentar, Cheng Ho meninggalkan Jawa, bagaimanapun, banyak perwira dan krunya memutuskan untuk tinggal dan menetap di daerah tersebut. Mereka kawin dengan perempuan setempat terlihat dari banyak warga Simongan saat ini yang berasal dari keturunan Tionghoa. Di tahun-tahun berikutnya Sam Poo Kong (juga dikenal sebagai Gedung Batu) dibangun di tempat dimana Cheng Ho berdoa dan bermeditasi. Klenteng ini masih berdiri sampai sekarang dan merupakan klenteng tertua di Semarang. (Hendro Wibowo)  

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X