TRADISI WIWITAN (1) - Wujud Syukur Mengawali Panen

photo author
- Minggu, 18 November 2018 | 08:17 WIB

-
DI masyarakat Jawa, berbagai bentuk tradisi masih dijaga eksistensinya agar tidak punah. Selain bertujuan untuk melestarikannya agar tidak punah, tradisi di masyarakat memang syarat nilai–nilai luhur, yang berguna bagi masyarakat terutama bagi generasi muda. Salah satu tradisi yang kini dimunculkan kembali ialah tradisi wiwitan. Wiwitan berasal dari kata ‘wiwit’ yang berarti ‘mulai’ dan dilaksanakan di persawahan. Jadi, tradisi wiwitan merupakan tradisi memotong padi menjelang dimulainya panen. Esensi dari tradisi ini tidak lain ialah sebagai wujud syukur dan terima kasih kepada bumi dan Dewi Sri (dewi padi), yang telah memberikan kehidupan terhadap padi yang ditanam sehingga dapat tumbuh dengan baik dan siap dipanen. Dari literasi yang ada, tradisi wiwitan ini sudah ada sejak dahulu, sebelum agama yang ada masuk ke Jawa dan masyarakatnya masih mengenal animisme. Sumber yang lain mengatakan, bahwa tradisi ini berasal dari tradisi Hinduisme (India) dengan dikenalnya Dewi Sri sebagai dewi padi. Tradisi wiwitan dimulai dengan menyiapkan sesaji atau ubo rampe seperti sego tumpeng, sambel gepeng, gereh pethek, tontho, kacang gletor santen, pitik ingkung, kembang setaman, banyu kendhi dengan dilengkapi dadap sirep, janur dikepang dan kemayan. Sesaji atau ubo rampe ini dikelilingi beberapa masyarakat dengan sebuah acara kenduri. Setelah ubo rampe tersebut tertata dengan rapi di tengah sawah yang hendak dipanen, kemudian mbah kaum atau orangtua yang dituakan membaca doa bahasa Arab dengan rapal Jawa. (Lucia Anung/dari berbagai sumber)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X