-
SEPINTAS tidak ada hal yang menarik, karena kondisi tanah pegunungan itu biasa-biasa saja, namun bagi warga setempat Gunung Mandhen menjadi tempat peziarahan yang masih ramai dikunjungi. Gunung Mandhen berada di wilayah desa Mandisari, Parakan, Temanggung, Jawa Tengah. Tidak ada yang istimewa, karena di tempat itu terdapat makam Cina, Belanda dan makam umum, namun dipuncak gunung kecil tersebut terdapat makam Ki Gabukan yang konon adalah cikal bakal wilayah tersebut.
Siapakah Ki Gabukan itu sebenarnya ? Tidak ada sumber yang jelas, namun menurut buku Babad Tanah Jawa menyebutkan, ketika dibukanya Tanah Jawa ada seseorang selama hidupnya mukim di Alas Mentaok. Sejak itulah sering muncul makhluk halus yang senang memba-memba bernama Ki Semar Badranaya. Ketika wafat dimakamkan di atas pegunungan Menoreh arah barat laut, atau tepatnya di puncak Gunung Tidar, wilayah Magelang, Jawa Tengah. Apakah orang tersebut Ki Gabukan yang makamnya di Gunung Mandhen? Jarak antara Gunung Manden dengan Gunung Tidar berdekatan, sangat memungkinkan apabila kedua tempat itu dijadikan tempat wira-wiri atau bermain di kala senggang.
Ada keajaiban di Gunung Manden, dimana di puncaknya terdapat sebuah tanah lapang yang cukup luas. Pada waktu-waktu tertentu tanah lapang itu dijadikan sebagai tempat berziarah, mulai dari rakyat biasa sampai pejabat setingkat bupati bahkan menteri. Tentu saja mereka yang datang berziarah tidak pakai upacara resmi, diam-diam sesidheman atau kunjungan resmi. Sehingga bagi warga Mandisari kedatangan seorang pejabat biasa-biasa saja, karena dianggap sebagai peziarah umum. Laku tirakat di tempat itu, umumnya untuk nggayuh drajat, sebuah kedudukan baik di pemerintahan maupun non formal.
Ada wewaler atau pantangan, bagi mereka yang melakukan ziarah di lapangan Gunung Mandhen tidak boleh berlaku sembrana, harus didasari laku batin yang bersih. Kalau ada yang sampai mlenceng berbuat tidak senonoh, nantinya akan digoda makhluk gaib yang tidak kasatmata.
Nah, di sinilah sering muncul makhluk halus yang memba-memba Ki Semar Badranaya berulah.
Umumnya peziarah atau pengunjung yang datang berombongan ingin berfoto bersama dengan teman-teman, ketika semua siap berfoto, tiba-tiba terdengar suara :"Tunggu sebentar, aku ikut.." kata-kata dalam bahasa Jawa. Dan hasilnya, ketika foto-foto tersebut dicetak pasti ada gambar Ki Semar Badranaya yang tinggi besar di antara mereka yang ikut berfoto. Bayangan gambar Ki Semar Badranaya nampak besar, menutup gambar aslinya. Benarkah demikian, tentu saja semua ini adalah cerita yang dipercaya oleh warga sekitar secara turun-temurun. Untuk jelasnya, perlu penelitian yang mendalam dari pihak-pihak yang berkompeten. (Ki Sabdo Dadi)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Editor: admin_merapi