-
Tidak setiap motif batik dikenakan sembarang orang. PADA umumnya ada dua jenis desain batik, yaitu geometris dan non-geometris. Desain geometris terdiri atas motif parang dan diagonal, persegi dan persegi panjang, silang atau motif ceplok dan kawung. Dan motif yang ketiga adalah motif bergelombang (limar). Sementara desain non-geometris terdiri yang pertama adalah semen. Motif semen terdiri atas flora, fauna, gunung (meru), dan sayap yang dirangkai secara harmonis. Motif kedua buketan dan yang ketiga lunglungan. Ditinjau dari jenisnya, kita mengenal batik keraton, yakni batik dari Surakarta (Solo) dan Yogyakarta (Yogya). Batik keraton memiliki beberapa motif dan filosofi. Motif Ceplokan Kasatrian digunakan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah, orang yang mengenakannya akan terlihat gagah dan kepribadian yang berani. Motif Parang Rusak Barong (parang berarti senjata) menunjukkan kekuatan, kekuasaan, dan pergerakan yang gesit, ksatria yang mengenakan batik ini terlihat gagah dan cekatan. Motif Kawung digunakan oleh para Raja dan keluarga kerajaan, sebagai sebuah simbol kekuasaan dan keadilan. Motif Truntum (truntum berarti membimbing), mengandung makna bahwa diharapkan orang yang memakainya dapat memperoleh dan memberi kebaikan. Jenis lainnya adalah batik pesisir, yakni batik yang dibuat di luar daerah Solo dan Yogyakarta. Beberapa contohnya motif Megamendung dari Cirebon, motif Paksinagaliman dari Cirebon, motif Merak Ngibing dari Indramayu, dan motif Sawat Gunting, juga dari Indramayu. Batik-batik kawasan pantura pada umumnya memiliki warna yang cerah. (Jbo)