BAKTI PATIH DANUREJO BAGI KASULTANAN (04) - Cikal Langen Mandra Wanara

photo author
- Kamis, 16 Agustus 2018 | 22:07 WIB

-
Di bidang pertahanan keamanan Patih Danureja VII mengusulkan pengurangan jumlah personil prajurit dengan alasan bahwa soal keamanan telah dibantu oleh militer Belanda. Hal demikian menimbulkan keresahan di kalangan prajurit keraton. Akan tetapi Patih Danurejo VII memberikan alternatif yang baik. SOLUSI yang ditempuh Patih Danureja VII adalah dengan mengalihkan sebagian tugas keprajuritan tersebut untuk mengawal hasil-hasil panen dan distribusinya serta menjaga keamanan pabrik-pabrik milik kerajaan. Apa yang dilakukan Patih Danurejo VII itu mengakibatkan ia sukses di bidang ekonomi (perdagangan). Hal ini membuat banyak kalangan di istana resah. Banyak yang mengusulkan agar ia kembali mengurusi bidang pemerintahan di keraton, khususnya bidang pertahanan. Semasa hidupnya Patih Danurejo VII juga dikenal sebagai seniman yang mumpuni. Patih Danurejo VII dikenal sebagai patih yang pertama kali mengadakan pertunjukan wayang wong di luar tembok keraton. Hal ini dilakukannya semasa Kasultanan Yogyakarta masih di bawah pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VII (1877-1921). Pada masa-masa itu hampir mustahil melakukan pergelaran wayang wong di luar tembok kraton mengingat jenis kesenian tersebut pada masa itu masih merupakan hak monopoli kraton (raja) dan masih dipandang tabu untuk ditirukan oleh orang di luar tembok keraton. Dengan akalnya KPH Yudonegoro III, nama lain dari Patih Danurejo VII, untuk dapat mementaskan wayang wong di luar keraton namun dengan corak atau gaya yang berbeda dengan corak yang selama ini berlaku di kraton. Berdasarkan hal itulah ia kemudian menciptakan apa yang kemudian populer dengan nama Langen Mandra Wanara. Langen Mandra Wanara ini diciptakan pada tahun 1890-an atau akhir abad ke-19.
-
MERAPI-AMBES SARTONO
Masjid Taqqorub di sisi makam Patih Danureja VII. Langen Mandra Wanara pada prinsipnya merupakan bentuk sendratari dengan kostum wayang wong juga, namun cerita yang dibawakannya bersumber pada cerita Ramayana. Hanya saja tari-tarian dalam Langen Mandra Wanara ini dilakukan dengan cara berjongkok dan hampir semuna dialog dilakukan dengan tembang. Hal ini mendapat sambutan yang luar biasa dari kalangan rakyat mengingat pada masa itu masyarakat begitu mengidamkan dapat menyaksikan tarian wayang wong yang masih menjadi seni pertunjukan eksklusif milik keraton. Munculnya kesenian Langen Mandra Wanara berawal dari kecintaan KPH Yudonegoro III (Patih Danurejo VII) pada seni tari. Mula-mula ia menampilkan kesenian Srandul karena tarian keraton tidak boleh ditarikan di luar keraton. (Albes Sartono/Jbo)  

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X