PETILASAN ISMOYO JATI DI TIDAR (2) - Lima Syekh Bertemu di Tidar

photo author
- Sabtu, 11 Agustus 2018 | 18:37 WIB

-
MERAPI-AMAT SUKANDAR
Cungkup makam petilasan Eyang Ismoyo Jati. Ketika jatuh di Arcapada, Tejamantri beralih rupa dan bernama Togog tugasnya mengasuh manusia-manusia serakah agar sadar. Sedangkan Sang Ismaya beralih rupa dan bernama Semar, menjadi pamomong kesatriya-kesatriya yang bergelimang wahyu. Namun Togog gagal membujuk majikannya untuk sadar. SEDANGKAN Semar berhasil membimbing asuhannya ke arah perbuatan benar, bijaksana dan luhur. Haryono Haryoguritno, ahli Budaya Jawa dari Lembaga Javanologi Jakarta, dalam makalahnya Semar, siapa dan di mana dia? juga membeberkan, dalam pandangan aliran kepercayaan di Jawa ada yang meng-kiblat-kan ajaran-ajarannya kepada ketokohan Semar. Dalam pengembaraan spiritual mencari tempat sangkan paraning dumadi, sebagian orang Jawa secara spiritual sempat bertemu dengan tokoh Semar. Hal ini karena pengaruh mitologi dunia pewayangan yang cukup berpengaruh dalam menciptakan kerangka pemikiran mistis orang Jawa. Sisa-sisa faham anismisme dan dinamisme juga sangat berpengaruh terhadap keyakinan ini. Sehingga muncul pemahaman, Semar adalah nenek moyang orang Jawa Purba yang roh-rohnya telah menjadi danyang yang mengawal kawasan Pulau Jawa dan seluruh Nusantara berikut penghuninya sampai akhir jaman nanti. Karena itu dia ada kemungkinan untuk bisa dan terus ‘hadir’ pada siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Di daerah Magelang, sejarah awal masuknya agama Islam ke tanah Jawa juga tidak terlepas dari kisah legenda yang ada di tengah masyarakat daerah ini, yaitu peran ulama Syekh Subakir, Syekh Jumadil Qubro, Syekh Maulana Maghribi, dan kerabatnya yang bertemu dengan Ki Semar di puncak sebuah gunung. Konon, para mubaligh dari jazirah Arab ini mampu dan kuat masuk ke kawasan tanah Jawa. Mereka memilih masuk ke Jawa bagian tengah lewat sebuah gunung yang letaknya tepat di tengah-tengah Pulau Jawa. Konon, kala itu daratan tanah Jawa sangat angker karena dihuni makhluk halus yang jahat. Sebelum penghuninya, para makhluk halus beserta tentaranya itu diusir dari tanah Jawa, para mubaligh itu akan sulit menyebarkan agama Islam disini. Untuk melawan kekuatan makhluk halus yang jahat itu, dari jazirah Arab mereka membawa sebuah Pusaka Kalimasada yang bisa mengalahkan para makhluk halus yang jahat itu. Menurut riwayatnya, sebelum Pusaka Kalimasada ditanam di puncak Gunung Balak, Syekh Subakir bermusyawarah dengan Kyai Semar di puncak sebuah gunung. Di puncak gunung inilah peti tempat menyimpan dan membawa Pusaka Kalimasada itu dibuka yang dalam bahasa Jawa: pethi-ne diudhar. (Amat Sukandar/Jbo)  

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X