PETILASAN ISMOYO JATI DI TIDAR (1) - Kisah Semar, Togog dan Manikmaya

photo author
- Sabtu, 11 Agustus 2018 | 17:47 WIB

-

MERAPI-AMAT SUKANDAR
Tugu Puser (titik pusat) Tanah Jawa di Tidar. Hampir tak ada orang Jawa yang tidak mengenal Semar, tokoh punakawan dalam ceritera pewayangan. Namun juga ada orang Jawa mengenal tokoh ini lewat dunia mistis, jagad kebatinan. Meski di alam modern sekarang mungkin juga ada orang muda yang tidak mengenal Sang Pamomong ini. DALAM ceritera wayang, tokoh ini asli Indonesia. Semar tidak ditemukan dalam ceritera asli Mahabharata atau Ramayana dari India. Bahkan tokoh ini berpengaruh sebagai nenek moyang raja-raja Jawa, dan menjadi pamomong dhanyang Pulau Jawa. Ada berbagai versi ceritera tentang asal-usul Semar yang dipercaya sebagai penjelmaan dewa yang turun ke dunia dan hidup menyatu dengan manusia biasa. Dia mempunyai tugas luhur untuk mengasuh pihak-pihak yang berbudipekerti dan menjunjung tinggi kebenaran. Sehingga Semar juga disebut sebagai dewa pamonging satriya, sinamar dadi kawula (dewa pengasuh kesatriya yang menyamar sebagai hamba). Seperti dikisahkan dalam kitab-kitab Manikmaya, Kandha dan Paramayoga, Semar berasal dari alam kadewatan (jagad dewa). Dalam kitab tersebut diceriterakan, putera Sang Hyang Wenang yang bernama Sang Hyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati. Sepasang suami-isteri tersebut melahirkan putera berupa sebuah telur ajaib, yang melesat ke hadapan kakeknya, Sang Hyang Wenang. Oleh sang kakek telur ajaib tersebut disabda-cipta menjadi tiga dzat hidup yang bersifat dewa. Bagian kulit dari telur yang keras menjadi Sang Tejamantri, bagian putih telur menjadi Sang Ismaya, dan bagian kuning telurnya menjadi Sang Manikmaya. Dalam sayembara memakan gunung, Sang Tejamantri dan Sang Ismaya kalah melawan Sang Manikmaya. Sehingga mereka berdua harus turun ke Arcapada untuk menjadi pengasuh manusia-manusia keturunan Sang Manikmaya. Di Arcapada, Sang Tejamantri beralih rupa dan nama menjadi Togog yang mengasuh manusia-manusia yang bersifat serakah. Sedangkan Sang Ismaya beralih rupa dan nama menjadi Semar yang menjadi pamomong kesatriya-kesatriya berdarah biru yang bergelimang wahyu. Togog dikisahkan selalu gagal membujuk majikannya untuk bersikap dan berbuat baik dan benar. Dan Semar berhasil membimbing asuhannya ke arah perbuatan benar dan luhur. (Amat Sukandar/Jbo)  

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X