DARI KUTHAGEDHE, MATARAM ISLAM BERJAYA (5) - Pajang Ribut Mataram Cancut

photo author
- Rabu, 1 Agustus 2018 | 20:40 WIB

-
Panembahan Senopati lalu membangun benteng dalam (cepuri) yang mengelilingi kraton dan benteng luar (baluwarti) yang mengelilingi wilayah kota seluas kurang lebih 200 ha. Sisi luar kedua benteng ini juga dilengkapi dengan parit pertahanan yang lebar seperti sungai. SEMENTARA itu, di Kesultanan Pajang terjadi perebutan tahta setelah Sultan Hadiwijaya wafat. Putra mahkota yang bernama Pangeran Benawa disingkirkan oleh Arya Pangiri. Pangeran Benawa lalu meminta bantuan Senopati karena pemerintahan Arya Pangiri dinilai tidak adil dan merugikan rakyat Pajang. Senopati pun cancut untuk menaklukkan Arya Pangiri. Perang pun terjadi. Arya Pangiri berhasil ditaklukkan namun nyawanya diampuni oleh Senopati. Pangeran Benawa lalu menawarkan takhta Pajang kepada Senopati namun ditolak dengan halus. Setahun kemudian Pangeran Benawa wafat namun ia sempat berpesan agar Pajang dipimpin oleh Senopati.
-
MERAPI-JB SANTOSO
Panembahan Senopati, lukisan wajah karya seniman. Sejak itu Senopati menjadi raja pertama Mataram Islam bergelar Panembahan Senopati. Beliau tidak mau memakai gelar Sultan untuk menghormati Sultan Hadiwijaya dan Pangeran Benawa. Istana pemerintahannya terletak di Kotagede. Selanjutnya Panembahan Senopati memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam hingga ke Pati, Madiun, Kediri, dan Pasuruan. Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601 dan dimakamkan di Kotagede berdekatan dengan makam ayahnya. Kerajaan Mataram Islam kemudian menguasai hampir seluruh Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia) dan mencapai puncak kejayaannya di bawah pimpinan raja ke-3, yaitu Sultan Agung (cucu Panembahan Senopati). Pada tahun 1613, Sultan Agung memindahkan pusat kerajaan ke Karta (dekat Plered) dan berakhirlah era Kotagede sebagai pusat kerajaan Mataram Islam. Dalam perkembangan selanjutnya Kotagede tetap ramai meskipun sudah tidak lagi menjadi ibukota kerajaan. Berbagai peninggalan sejarah seperti makam para pendiri kerajaan, Masjid Gede Mataram Kotagede, rumah-rumah tradisional dengan arsitektur Jawa yang khas, toponim perkampungan yang masih menggunakan tata kota zaman dahulu, hingga reruntuhan benteng bisa ditemukan di Kotagede. Pasar Kotagede juga merupakan warisan masa lalu yang masih lestari hingga sekarang, meski tata ruang dan bentuk bangunannya sudah berubah dan menyesuaikan dengan kebutuhan zaman yang makin modern dan maju. (-dari berbagai sumber) (JB Santoso/Jbo)  

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X