-
Kuthagedhe adalah nama Kotagede di masa lalu. Di kota kecamatan ini Kerajaan Mataram Islam pertama berdiri. Cikal bakalnya adalah Ki Ageng Pemanahan. Beliau membuka Hutan Mentaok, belantara lebat ini hadiah dari Sultan Hadiwojaya raja Pajang. Ki Ageng Pemanahan lalu mendirikan kerajaan di situ.
KERAJAAN yang dibangun Ki Ageng Pemanahan pada tahun 1575 M itu kemudian diberi nama Mataram. Karena itulah Ki Ageng Pemanahan mendapat sebutan nama dari Sultan Hadiwijaya dengan Ki Ageng Mataram.
Menurut sejarahnya, Hutan Mentaok semula adalah pusat Kerajaan Mataram Hindu yang eksis pada kisaran abad ke-8. Namun karena terjadi erupsi mahadahsyat Gunung Merapi pada abad ke-10, para bangsawan dan rahayat Mataram Hindu mengungsi dan menetap di Jawa Timur.
Erupsi gunung yang kemudian disebut sejarawan dengan mahapralaya menjadikan kawasan kerajaan Mataram Hindu yang ditinggalkan berubah menjadi hutan belantara lebat yang disebut dengan Alas (hutan) Mentaok.
Mahapralaya itu konon terjadi hingga memangkas separuh dari badan gunung Merapi. Muntahan material Merapi yang (tentu) luar biasa juml;ahnya itu menenggelamkan banyak candi yang dibangun di kawasan pemerintahan Mataram Hindu. Candi-candi itu merupakan tempat peribadatan masyarakat Hindu dan Buddha. Kedua agama itu di masa lalu hidup berdampingan dengan toleransi yang tinggi. Candi Plaosan dan Kalasan, misalnya, merupakan simbol toleransi religi Hindu dan Buddha. Di candi tersebut terdapat stupa (Buddha) dan perwara (Hindu).
Ketika masih berpusat di Jawa Tengah, Kerajaan Mataram Hindu menguasai hampir seluruh kawasan Jawa. Kerajaan ini hidup dalam kemakmuran dan memiliki peradaban tinggi sehingga mampu membangun Candi Borobudur dan Prambanan yang megah dan indah itu. Keindahan dan kemegahannya dapat kita simak hingga sekarang.
-
MERAPI-JB SANTOSO
Di Plaosan ada stupa (Buddha) dan perwara (Hindu).
Sekitar enam abad kemudian di Jawa Tengah terdapat kerajaan besar berama Pajang, dengan rajanya bernama Sultan Hadiwijaya. Kerajaan Demak Pajang berselisih dengan kerajaan Demak Jipang yang dipimpin Aryo Penangsang. Perselisihan sengit yang sulit didamaikan menyulut perang terbuka. Sultan Hadiwijaya yang berkuasa di Pajang lalu membuka sayembara, barang siapa mampu mengalahkan Aryo Penangsang maka akan mendapat hadiah tanah perdikan. Alhasil, Ki Pemanahan, K Penjawi dan putranya Sutowijaya berhasil membunuh Aryo penangsang, mereka kemudian mendapat hadiah tanah Hutan Mentaok. (dari berbagai sumber) (JB Santoso/Jbo)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Editor: admin_merapi