-
DUA puluh satu tahun sudah, Taryono (bukan nama sebenarnya) hidup menduda. Ia membesarkan dua anaknya seorang diri tanpa istri. Hatinya masih tertutup rapat untuk seorang perempuan, karena kecintaannya pada Suhesti (bukan nama sebenarnya), yang meninggal dunia saat anak-anak mereka masih kecil.
Ada rasa bersalah di hati Taryono, karena saat istrinya sakit keras, dirinya tidak bisa pulang lantaran tugas keluar kota. Sampai akhirnya ia mendengar kabar, ibu dua anaknya itu sudah dipanggil Yang Maha Kuasa.
Karena itu, ia tak pernah pulang ke kampung halamannya setiap kali lebaran. Ia tak ingin pergi jauh dari makam istrinya dan selalu berziarah tepat di hari lebaran. Bahkan selama duapuluh satu tahun itu pula, Taryono nyaris tak pernah bertemu sanak keluarganya dari tempat asalnya, karena memang jarang pulang.
Namun pada tahun ini, Taryono terpaksa mudik lantaran harus menyelesaikan masalah warisan bersama keluarga besar Hesti. Ia sengaja memilih musim lebaran, agar bisa berkumpul dengan seluruh saudaranya. Keluarga Taryono dan keluarga Hesti kebetulan hanya satu kampung.
Sampai di kampung, ternyata suasana sudah jauh berbeda dibanding saat Taryono boyongan bersama istrinya ke Jakarta usai mereka menikah. Rumah-rumah sudah bagus, jalan mulus dan listrik pun merata di setiap sudut desa.
Suasana lebaran di kampung juga sangat jauh berbeda dengan di kota tempat Taryono tinggal. Kekerabatan terasa sangat kental, baik itu masih saudara maupun hanya tetangga biasa.
Malam hari tepat di hari lebaran, keluarga besar Hesti berkumpul. Selain untuk berhalal bihalal, ada acara khusus berupa masalah pembagian warisan. Di saat hadir di acara itulah, Taryono dibuat terperangah. Ia melihat sosok istrinya berada tepat di depan mata.
"Hesti," kata Taryono tanpa sadar.
"Bukan mas, ini saya Sukesti, adik mbak Hesti," kata perempuan yang ada di depan Taryono.
Ternyata memang itu Kesti, adik Hesti beda 11 tahun. Terakhir bertemu masih kecil sehingga Taryono tidak tahu Kesti yang sekarang sudah besar dan wajahnya mirip dengan kakaknya.
"Sudahlah, kalian berjodoh saja daripada hidup sendiri-sendiri," celetuk Mbah Kasdi, orang yang paling dituakan di antara mereka.
Berawal dari bercanda, rupanya benar-benar masuk ke dalam hati. Malam itu juga, Taryono yang merasa bertemu kembali dengan Hesti, secara resmi melamar Kesti. Kebetulan Kesti ternyata juga sudah menjada, karena suaminya meninggal lima tahun yang lalu.
Seluruh keluarga pun sepakat dengan keputusan Taryono untuk mempersunting adik iparnya.
"Ini benar-benar lebaran membawa berkah, sekaligus ngumpulke balung pisah," kata Mbah Kasdi yang disambut tawa gembira seluruh kerabat yang hadir. (*)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Editor: admin_merapi