-
JARAK antara rumah dan tempat kerja Isdiyanto sekitar tiga kilometer. Dia adalah guru di sebuah sekolah negeri di Lebak. Sedang rumah tinggalnya di sebuah desa di Pracimantara.
Dia berangkat mengajar sekitar pukul enam pagi dengan menggunakan motor. Tetapi kalau sedang hujan, Isdiyanto lebih memilih naik sepeda onthel atau berjalan kaki. Entah apa alasannya.
Di desanya Isdiyanto mencari tambahan dengan mengajar di sebuah sekolah swasta. Juga memberi les kepada beberapa murid. Laris ketika menjelang ujian.
Di luar itu, dia juga ikut beberapa organisasi. Bisa dibilang dia adalah manusia sibuk. Tapi Isdiyanto tak pernah terlihat mengeluh. Dia benar-benar menikmati dan memanfaatkan hidupnya.
Ketika sekolahnya akan mendapat pemeriksaan administrasi oleh lembaga pengawas di atasnya, Isdiyanto dan beberapa temannya kerja ekstra keras. Bahkan sampai lembur segala.
Usai mengajar, Isdyanto dan para rekan-rekannya kerja di luar mengajar hingga pukul setengah lima sore. Karena belum kelar, pekerjaan dilanjut mulai bakda Maghrib. Pekerjaannya memang harus teliti, karenanya mereka bekerja hingga larut malam. Untuk menjaga stamina, mereka bergantian tidur di kantor. Sekitar pukul dua malam pekerjaan hampir selesai, lalu ada yang cuci tangan, cuci muka untuk persiapan tidur.
Isdiyanto memilih cuci tangan di sumur sekolah, tapi sebagian dari sumur itu juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan mandi dan mencuci warga setempat. Namun dibatasi oleh sebuah tembok pemisah.
Ketika berjalan kaki menuju sumur yang letaknya puluhan meter dari kantor, Isdiyanto melihat sebuah cahaya meluncur seperti meteor dari langit. Cahaya itu kemudian menerobos pohon munggur dan kemudian jatuh di sebelah timur pohon besar itu.
Dalam pikirannya dia menyangkal bahwa benda itu adalah meteor. ”Tak mungkin meteor. Sebab biasanya benda seperti itu jatuh di laut,” pikirnya.
Panasaran, Isdiyanto lalu menghampiri tempat benda aneh itu jatuh. Beberapa daun kering disibak, tetapi dia tidak menemukan apa pun. Namun ketika menyibak sebuah daun pisang kering, IsdIyanto njondhil kaget plus takut.
Pasalnya dia melihat sebuah kepala (saja) dengan rambut njegrik. Mulutnya meringis, matanya berkedip-kedip. Terang saja Isdiyanto ketakutan. Tapi setelah itu terdengar suara, bledhuus! Dan kepala itu menghilang. (Drs Subagyo/Jbo)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Editor: admin_merapi