GAMELAN, REFLEKSI HARMONI KEHIDUPAN JAWA (1) - Mewakili Prinsip Hidup Sehari-hari

photo author
- Minggu, 6 Mei 2018 | 07:56 WIB

-
MERAPI-JB SANTOSO
Seperangkat gamelan mengalunkan keselarasan hidup. Hampir setiap hari kita mendengar suara gamelan. Baik di radio, televisi, hotel-hotel, dalam pertunjukan ketoprak, wayang kulit, tayub dan dalam upacara-upacara tradisional lainnya. Setia kali ada hajadan mantu, alunan ansambel musik tradisional itu membuat suasana jadi sakral. GAMELAN tak lepas dari pandangan orang Jawa yang cenderung suka memelihara keselarasan hidup, baik jasmani dan rohani. Wujud paling nyata yang bisa kita dapati dalam musik gamelan adalah tarikan tali rebab yang lembut, kemudian panduan keseimbangan bunyi kenong, saron, kendhang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama. Kombinasi suara itu menghasilkan ritme yang selaras. Sementara itu, komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, terdiri dari beberapa putaran dan pethet serta dibatasi oleh satu gong-an dan melodi, selain diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada. Seperti diketahui bahwa gamelan Jawa biasanya terdiri dari gong, kenong, gambang, celempung serta beberapa alat musik pendamping lainnya. Sama seperti kebudayaan masyarakat Jawa lainnya, gamelan dengan segala bagiannya turut mewakili prinsip hidup masyarakat jawa pada umumnya. Instrumen yang diciptakan cenderung bersuara lembut hingga menghadirkan suasana ketenangan jiwa.
-
Gamelan adalah produk budaya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan kesenian. Kesenian merupakan salah satu unsur budaya yang bersifat universal. Ini berarti bahwa setiap bangsa dipastikan memiliki kesenian, namun wujudnya berbeda antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Apabila antar bangsa terjadi kontak budaya maka keseniannya pun juga ikut berkontak sehingga dapat terjadi satu bangsa akan menyerap atau mengarn bila unsur seni dari bangsa lain disesuaikan dengan kondisi setempat. Oleh karena itu sejak keberadaan gamelan sampai sekarang telah terjadi perubahan dan perkembangan, khususnya dalam kelengkapan ansambelnya. Gamelan Jawa sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua laras (titian nada), yaitu slendro dan pelog. Menurut mitologi Jawa, gamelan slendro lebih tua usianya ketimbang gamelan pelog. Slendro memiliki 5 (lima) nada per-oktaf dengan interval yang sama, kalau pun ada perbedaan intervalnya kecil. Sedang pelog memiliki 7 (tujuh) nada per oktaf dengan perbedaan interval yang besar. (JB Santoso)  

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X