-
Ki Ageng Kedu tahu kalau semua yang dilakukannya diperhatikan mereka. Namun, dia pura-pura tidak tahu. Selesai melaksanakan salat, Ki Ageng Kedu berceritera tentang riwayat para nabi dalam bercocok tanam. Misalnya, Nabi Yusuf yang tidak pernah lupa melaksanakan salat saat bercocok tanam.
CERITA Nabi Yusuf dilanjutkan oleh Ki Ageng Makukuhan. Katanya, doa itu untuk menyembah dan memohon kepada Gusti Allah SWT agar supaya tanamannya dapat tumbuh subur dan terbebas dari gangguan hama. Banyak warga tertarik cerita Ki Ageng Kedu. Sedikit demi sedikit mereka mencontoh apa yang dilakukan Ki Ageng Kedu. Dan akhirnya, banyak warga di desa Garung yang memeluk agama Islam. Usaha bertani mereka mulai tampak hasilnya.
Ki Ageng Kedu melanjutkan perjalanannya diikuti, Bah Beo. Ketika sampai di desa Kabluk, mereka dihadang gerombolan bengis. Branjang Alas, pimpinan gerombolan menghardik Ki Ageng Kedu agar turun dari kudanya. Namun, Ki Ageng Kedu tidak mau turun. Dia mau turun bila Branjang Alas mau menjawab pertanyaannya. Branjang Alas merasa tersinggung dan marah. Bah Beo turun dari kuda dan menantangnya.
Terjadilah pertarungan sengit antara Bah Beo melawan Branjang Alas. Akhirnya Branjang Alas mati di tangan Bah Beo. Melihat pimpinannya mati, anak buah Branjang Alas melarikan diri. Branjang Alas dimakamkan di desa Kabluk.
Ki Ageng Kedu melanjutkan perjalanan menuju ke Tlahap, di atas Kwadungan Krincing yang masuk wilayah desa Pagergunung. Di tikungan jalan desa ada banyak orang di bawah pohon randu alas dipimpin Ki Lurah Tejo Manggolo, yang wajahnya menakutkan. Dia penguasa daerah lereng Gunung Sumbing sisi utara.
-
MERAPI-AMAT SUKANDAR
Chabib Sudarmadi dan jurukunci Sugito.
Ki Lurah memberi aba-aba untuk menghadang Ki Ageng Makukuhan yang berpakaian serba hitam. Salah seorang pemuda menggertak, “He, ki sanak turunlah dari kudamu!”, Namun, Ki Ageng Makukuhan dan Bah Gedruk, tidak terkejut karena sudah terbiasa menghadapi orang yang bengis dan galak. Ki Lurah Tejo Manggolo, mendekati dan menyapa, “Ki sanak, apakah benar kamu yang berlagak menjadi orang yang menguasai Pagergunung sini?” tanya Ki Lurah kepada Ki Ageng Kedu sambil tertawa lebar. Melihat hal ini Bah Gedruk turun dari kudanya dan balik bertanya,“Siapa namamu? Sombong sekali kamu, hai orang jelek.” Ki Ageng Kedu mencegah kemarahan Bah Gedruk.
Ketika perjalanan mereka sampai di sebuah tikungan, juga dihadang sekelompok pemuda. Menghadapi sekelompok pemuda itu, Ki Ageng Kedu menunjukkan muka yang ramah kepada mereka. Dia menunjuk dan memberi isyarat agar salah seorang pemuda untuk mendekatinya. Pemuda itu berjalan perlahan-lahan mendekati Ki Ageng Makukuhan dan memohon maaf, yang diikuti teman-temannya.
Berita Ki Ageng Kedu berhasil melaksanakan syiar agama Islam dan membuat subur daerah Kedu itu tersebar ke seluruh kadipaten. Bahkan, kabar ini sampai ke Kudus. Sunan Kudus ketika mendengar kabar tersebut memanggil Ki Ageng Kedu agar dapat memberi laporan kebenaran kabar tersebut. (Amat Sukandar/Jbo)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Editor: admin_merapi