SEGALANYA sudah dimiliki Karman (bukan nama sebenarnya). Sejak menikah lima tahun yang lalu, pegawai sebuah bank negara ini sudah mampu membeli rumah beserta segala perabotannya. Bahkan sang istri, Lastri (juga bukan nama sebenarnya) sudah memberikan dua buah hati yang lucu-lucu. Kebahagiaan sepertinya sudah diraih Karman secara sempurna.
Dalam setiap kesempatan, Karman menyempatkan diri untuk menengok kedua orang tuanya yang masih tinggal dalam satu kota. Orang tua Karman sendiri termasuk orang berkecukupan. Tanahnya yang cukup luas dibangunnya untuk kos-kosan putri, karena lokasinya tidak terlalu jauh dari sebuah kampus ternama.
Sore itu sepulang kerja Karman tidak langsung pulang ke rumahnya, tapi ingin bertemu dengan orang tuanya lebih dulu sambil mengirim buah-buahan. Sesampai di pekarangan dan hendak masuk ke rumah, tiba-tiba melintas beberapa anak kos yang sepertinya pulang dari kuliah. Tak sengaja mata Karman tertumbuk pada salah satu mahasiswi, yang kebetulan juga melihat dirinya. Keduanya pun beradu pandang. Hanya sesaat, karena setelah itu rombongan mahasiswi tersebut langsung masuk kamar masing-masing. Karman berdiri termangu sejenak, sebelum dirinya dikejutkan suara sang ayah yang memanggil namanya.
"Karman, kamu tidak ajak anak-anakmu."
"Tidak, Pak. Ini saya dari kantor langsung kemari."
Sejak kejadian sore itu, perasaan Karman tidak tenang. Pikirannya selalu terbayang wajah sang mahasiswi, yang terkesan malu-malu saat mereka beradu pandang. Sudah dicoba untuk melupakan wajah ayu tersebut, namun Karman merasa tak kuasa. Bahkan saat bersama sang istri pun, pikiran Karman kadang malah melayang-layang di rumah ayahnya.
"Apakah ini namanya cinta pada pandangan pertama?" tanya Karman pada dirinya sendiri.
Keinginan untuk bertemu lagi dengan sang mahasiswi rupanya tak bisa dibendung, sehingga Karman pun lebih sering menyambangi rumah ayahnya. Sampai akhirnya suatu hari Karman memberanikan diri untuk berkenalan. Rupanya gayung bersambut, karena sang mahasiswi menerima perkenalan dengan senang hati. Tak sadar, Karman pelan-pelan sedang masuk dalam jeratan maut. Hatinya sedang dimabuk asmara, sehingga kebahagiaan yang sudah bisa didapatnya di dalam rumah tangganya terlupakan begitu saja.
"Waspadalah dengan dunia, begitu pula dengan godaan wanita. Karena cobaan yang menimpa Bani Israil pertama kalinya adalah karena sebab godaan wanita." (HR. Muslim no. 2742). (Bersambung)