“SAYA tidak melarang sampeyan datang ke sini untuk tirakat. Tapi apa sampeyan sudah siap dengan kejadian yang mungkin akan sampeyan temui?” ujar Mbah Kudi kepada Pak Jum (keduanya bukan nama sebenarnya). Mbah Kudi adalah jurukunci gumuk Mbang Putih, dimana di situ terdapat dua buah makam kuna. Dan Pak Jum adalah seseorang yang akan melakukan tirakat di makam tersebut.
Mbah Kudi menginformasikan, jika peziarah yang datang ke sini banyak yang berhasil. Dengan syarat harus berani menghadapi godaan yang bakal ditemui.
Biasanya, pada tengah malam, peziarah akan didatangi penampakan berupa harimau loreng atau macan gembong berwarna putih.
Pak Jum sudah bulat tekadnya. Apa pun yang akan terjadi atas dirinya, dia siap menghadapinya. Kegiatan usahanya sebagai juragan batu gamping sudah setahun lebih bangkrut. Dia ingin mendapat wangsit, usaha apa lagi yang bisa dia tekuni.
Setelah mendapat izin Jurukunci, Pak Jum pun naik ke atas gumuk seorang diri. Di tengah malam yang sunyi, di bawah desau angin malam, Pak Jum bersamadi.
Sejam…, dua jam…, tidak ada kejadian suatu apa pun atas dirinya. Penampakan harimau loreng berwarna putih seperti yang dikatakan oleh jurukunci tidak kunjung hadir. Ada suara kresek-kresek dari arah sebelah kirinya. Namun ketika ditoleh hanya seekor kadal berjalan di atas dedaunan kering. Pak Jum pun melanjutkan samadinya.
Pak Jum melirik arloji tangannya. Jarum jam menunjuk angka duabelas kurang lima menit. Tiba-tiba dari arah depan Pak Jum duduk bersila, terdengar suara, gerrr… Seperti dengusan seekor harimau.
Lhadalah! Benar juga! Pak Jum njondhil kaget kendati hatinya gembira. Matanya melihat ada cahaya yang sangat tajam berasal dari dua titik. Tak ayal lagi, cahaya itu adalah dari sepasang mata harimau. “Sip! Harimau yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Ini berarti samadiku akan berhasil,” kata hatinya.
Tiba-tiba Pak Jum menjerit. Ternyata harimau yang ada di depannya bukan harimau loreng berwarna putih. Namun macan tutul berbulu kecoklatan.
Harimau sungguhan yang turun dari gunung mencari mangsa di malam hari. Esok harinya tubuh Pak Jum ditemukan oleh Mbah Kudi tergeletak lemas di atas gumuk. Sekujur tubuhnya penuh bekas cakaran harimau. (Andreas Seta RD/Jbo)