"Kancamu niate gak gawe munggah gunung le, niate golek sing gok duwur, wedok sing wes dibojo karo (Temanmu niatnya tidak untuk naik gunung Nak, nianya mencari yang di atas, perempuan yang sudah diperistri oleh),"
Sosok itu tidak melanjutkan, ia malah tertawa, lengkingannya bikin miris benak Riski.
"Wes melu ae karo si mbah, dalane nang kunu (Sudah ikut saja sama nenek, jalannya di situ),"
Riski melihat tempat yang ditunjukkan nenek itu.
Dan yang terlihat bukan jalan, tetapi kabut, ya tempat berkabut.
Benarkah yang dikatakan nenek gaib itu, benarkah dia akan membawanya pulang, bertemu dengan kawan-kawannya?
Atau, ini cum tipu muslihat saja? Riski ragu!
"Nek kowe ra gelem, gak popo Le, si mbah mek ngilingno kowe (Kalau kamu tidak mau ya tidak apa-apa Nak, nenek hanya mengingatkan kamu),"
Riski berpikir sambil melihat jalan berkabut itu, karena bingung ia akhirnya menurut.
Baca Juga: Kembang Laruk bagian 16: Kepala perempuan yang terpenggal dan wanita tua misterius itu muncul lagi
Riski bersimpuh di hadapan sosok itu, berniat untuk menggendongnya.
"Kih kih kih,"***