Ia paham tidak ada jalan untuk dirinya, kecuali mengikuti ke mana suara itu akan membawanya.
Di atas batu, di ujung jalan kebun karet itu, Riski melihatnya, nenek itu duduk membelakangi.
Saat jaraknya keduanya hanya terpaut beberapa langkah, Riski berhenti, ia teringat pada Tuhan.
Ia harus berdoa kepada Tuhan, berharap bisa mengatasi keganjilan yang sedang dihadapi.
Belum juga mengucap doa, baru saja bersiap-siap, sosok nenek yang duduk membelakangi di depannya itu berbicara.
"Ra perlu dungo nek jero atimu ra yakin le, ngente-ngentei wektu (Tidak perlu berdoa kalau di dalam hatimu tidak yakin Nak, menghabiskan waktu saja),"
Suaranya persis seperti suara nenek-nenek pada umumnya.
Sosok itu tetap duduk membelakangi Riski, ia tidak membalikkan tubuh ketika bicara.
"Kowe ijen yo, opo tujuanmu mrene Le? Golek opo? (Kamu sendirian ya, apa tujuanmu ke sini Nak? Cari apa?)," tanya nenek itu.
Baca Juga: Misteri Sungai Ciliwung 2: Sosok perempuan cantik itu ternyata Marrie, hantu noni Belanda
Riski tidak berani bicara, bagaimana pun, sosok di depannya itu bukanlah manusia.
Riski merasakan, tubuhnya begitu merinding ketika berada di dekat nenek itu.
"Kih kih kih, ra usah wedi, aku nek kepengin nyilokoi, wes tak duglang (Kih kih kih, jangan takut, kalau aku ingin mencelakaimu, sudah ku tendang ke jurang),"
Riski masih berdiri, giginya gemeletak, seperti orang kedinginan.