Segera kutampar wajah El dan menatapnya tepat di depannya.
Ia lalu menangis, sesaat kemudian dia tertidur kelelahan.
Hingga tiba-tiba listrik padam dan seseorang mengetuk pintu kamarku.
Baca Juga: Misteri nisan kuno di makam keramat 2: Setelah rumah jadi, mulai merasakan beberapa kejadian ganjil
Aku merinding. Bagaimana mungkin ada yang masuk ke dalam rumahku dan kini mengetuk pintu kamar.
Tapi akulah tuan di rumahku.
Kubuka pintu dan yang ada hanya kegelapan. Hening dan lampu menyala.
Tiba-tiba kulihat tubuh El terangkat sendiri dan jatuh seperti dibanting ke lantai. Aku histeris bersamaan dengan raungan ketakutan El.
“Maafkan aku Emi. Maafkan!” raungnya ketakutan.
Saat itu juga rumahku didobrak dan pintu terbuka. Aku berlari keluar kamar.
Angin dingin menyeruak dari pintu yang terbuka. Tetapi … tidak ada sesiapa di sana. Aku menggigil.
Ketika kuberanikan menutup pintu, saat itulah El berteriak dari kamar.
Cekatan aku berlari dan melihatnya terduduk di lantai dengan tangan menyembah di atas kepala.
“Maafkan aku Emi. Maafkan,” isaknya menyembah pada ruang kosong.